Chapter 1 – Bam!
Memulai ulang sebagai seorang ibu! Sungguh menyenangkan!
Shu Yan berdiri sambil
memegangi kepalanya yang berat dengan satu tangan. Dia terus saja melihat hitam
di matanya. Ya ampun, padahal yang dia lakukan tadi malam hanyalah pergi tidur
agak larut. Apakah itu bisa jadi alasan atas sakit kepala hebat yang
dirasakannya sekarang? Apa dia sedang demam?
Lengan dan kakinya
terasa lemah, dan sejujurnya, seluruh tubuhnya terasa lemas. Dia membuka mulutnya
sedikit dan tenggorokannya terasa seolah-olah sedang tercekik sehingga dia
tidak bisa membuat suara sedikitpun.
Sialan. Apakah dia
bahkan tidak bisa memanggil ambulans sendiri sekarang?
Dia duduk tanpa bergerak
sebelum kemudian mencoba lagi. Ok, setidaknya dia berhasil bersuara sekarang.
Dengan panik dia mencari ponselnya untuk menelpon ambulans. Dia bekerja di kota
perantauan dan menyewa kamar kos kecil untuk dirinya sendiri. Jika dia menunggu
sampai seseorang menemukannya, tubuhnya mungkin akan keburu dingin dan kaku.
Dia merogoh ke bawah ranjangnya
dan menggenggam segumpal uang. Uang raturan dolar berwarna biru terang? Shu Yan
berhenti beberapa saat. Dia merasa familiar dengan uang ini—ini ada uang yang
pernah digunakannya dulu saat dia kecil. Namun, pemerintah telah menerbitkan
uang baru dan uang ini telah lama ditarik dari pasaran.
Dia sangat yakin bahwa
dia tidak memiliki simpanan uang semacam ini di bawah ranjangnya. Kemarin adalah
hari cutinya, dan dia pun baru saja mengganti seprai ranjangnya. Ponsel adalah
satu-satunya barang yang ada di bawah bantalnya. Dia tidak meninggalkan rumah sepanjang
hari dan tidak ada siapapun di dalam ruangannya, kalau begitu darimana uang ini
berasal?
Hal yang paling
menakutkan adalah tangannya. Shu Yan mungkin hanya memiliki wajah yang bersih,
namun juga tangan yang cantik. Jemarinya panjang dan ramping, dan kuku jarinya
memiliki rona kemerahan. Banyak orang yang memberitahunya untuk berlatih
memainkan piano (karena tangannya yang indah).
Namun, sepasang tangan
yang ada di hadapannya hitam dan tebal. Kulitnya kasar dan dipenuhi kapalan. Shu
Yan menggerakkan jemarinya’; tangan-tangan ini bukanlah miliknya…
Dengan panik dia menyibak
seprai tempat tidur. Tubuh rampingnya berubah menjadi gemuk. Dia mencubit gumpalan
di perutnya lalu merasakan sakit. Sebuah teriakan tertahan di tenggorokannya
dan tubuhnya bergetar tak terkontrol.
Setelah beberapa lama….
“Mimpi. Aku pasti sedang
bermimpi.” Shu Yan menutup mulutnya dengan ketakutan. Suara lembut ini bukanlah
miliknya, suaranya lebih berat daripada ini.
Segala yang ada di
hadapannya berubah gelap lagi dan dia terjatuh ke belakang. Sakit yang teramat
dayang dan kemudian dia mendapatkan memori-memori yang bukanlah miliknya.
Mendapatkan memori-memori itu seolah-olah sedang menonton film, bedanya memori-memori
itu adalah kejadian nyata tentang memori seluruh hidup seseorang.
Nama orang ini juga
adalah Shu Yan. Dia lahir di tahun 1967 dan datang dari desa petani yang
miskin. Keluarganya memiliki lima anak dan dia adalah anak ke empat. Dia punya
dua kakak laki-laki, satu kakak perempuan dan satu adik lelaki. Setelah lulus kelas
3 sekolah dasar, Shu Yan mulai merawat adik kecilnya sambil mengerjakan pekerjaan
rumah.
Dia lalu menikahi Ye Zhiqiang dari desa sebelah saat berumur 17 tahun dan melahirkan anak tertuanya, Jingjing,
pada umur 18 tahun. Karena yang dia lahirkan adalah anak perempuan, dia tidak
mendapatkan kasih sayang suaminya maupun mertuanya. Dia akhirnya melahirkan
seorang anak lelaki setahun yang lalu. Orang-prang pasti akan berpikir bahwa
kerja kerasnya telah terbayar dan selesai setelah itu. Sayangnya, Ye Zhiqiang
sudah kaya sekadang dan tidak lagi senang dengan kondisinya saat ini. Sekarang
dia telah memiliki kekasih baru yang merupakan seorang lulusan universitas dan
mulai mengeluhkan istrinya yang gemuk, jelek dan tidak beradab. Dia berisikeras
untuk bercerai. Pemilik tubuh asli sangat kecewa dan kemudian dia pun bunuh
diri.
Komentar