This is the second time aku nonton drama yang dibintangi Xiaozan. Masih inget banget dulu pas lagi rame-ramenya The Untamed, aku sampai baca novelnya dan nonton dramanya juga. Gara-gara drama itu, nama Xiaozan jadi dikenal banyak orang. Dan sekarang, berkat dedikasi dan kerja kerasnya, dia jadi salah satu artis muda Tiongkok yang paling bersinar.
Jujur aja, pas mulai nonton drama ini, aku nggak punya ekspektasi tinggi. Soalnya euforia nonton drama-dramanya Wang Yinglu masih kerasa banget, sampai-sampai aku belum bisa move on. Tapi karena lagi gabut, akhirnya aku iseng mulai nonton drama ini juga.
Ceritanya dimulai dari Kuai Duo, seorang ahli fengshui yang membangun Menara Fengshan di selatan kaki Gunung Dansui. Suatu hari, dia menemukan ruangan bawah tanah berisi prajurit mayat hidup. Mereka menyerangnya, tapi karena kepintarannya dalam teknik bangunan dan fengshui, dia berhasil selamat. Kuai Duo punya anak bernama Zhinu, yang sejak kecil sudah terampil dalam ilmu pembangunan. Zhinu bahkan membangun terowongan bawah tanah di rumahnya, dengan niat ingin menunjukkan hasil karyanya itu ke ayahnya saat pulang nanti.
Tapi kabar buruk datang. Zhinu nggak melihat kereta kuda ayahnya yang biasanya datang dari perbatasan. Malah, dia kena cambuk Putri Dongxia yang bikin punggungnya luka parah. Parahnya lagi, gara-gara perbuatan Putri Dongxia, kereta kuda yang membawa anak kedua Bangsawan Paijin, Zhixing, jadi lepas kendali dan menabrak bangunan pasar. Zhixing yang terluka akhirnya disekap oleh kelompok Zhinu.
Seperti anak-anak lain seusianya, Zhinu masih gegabah dan belum bisa mikir panjang soal konsekuensi dari tindakannya. Karena khawatir soal ayahnya, dia dan teman-temannya menyekap Zhixing di terowongan bawah tanah dan memaksanya memberi informasi tentang keberadaan Kuai Duo. Awalnya Zhixing nggak mau ngomong, tapi lama-lama dia luluh dan bilang kalau ayah Zhinu sudah meninggal tertimbun reruntuhan menara. Tapi Zhinu nggak percaya. Buat dia, ayahnya itu terlalu ahli untuk sampai bikin kesalahan fatal. Zhinu pun membiarkan Zhixing tetap di sana sampai akhirnya adiknya menemukan keberadaan Zhixing dan melapor ke ibu mereka. Zhinu dimarahi habis-habisan, dan ibunya minta semua terowongan itu disegel.
Tiba-tiba, tengah malam, Kuai Duo pulang ke rumah. Dia langsung menyuruh semua anggota keluarga dan murid-muridnya untuk bersiap pergi dari ibu kota saat itu juga. Tapi sebelum sempat pergi, mereka sudah dikepung pasukan pemanah dan dari gerbang datang pasukan berpedang. Ibu Zhinu cepat tanggap—dia nyuruh Zhinu dan adiknya bersembunyi, sementara dia bergabung dengan suaminya untuk menghadapi para penyerang.
Ternyata, pasukan itu adalah anak buah dari Bangsawan Pingjin, Zhuang Luyin. Dia datang mencari benda yang diambil Kuai Duo dari Menara Fengshan. Kuai Duo menolak memberikannya, bahkan setelah Zhuang Luyin mengancam akan membunuh keluarganya. Satu per satu anggota keluarganya dibunuh, bahkan murid yang mengaku sebagai Zhinu juga ikut tewas demi menyelamatkan dia. Sementara itu, Zhinu yang mencoba melarikan diri lewat terowongan justru terjebak. Dia hanya bisa menyaksikan semua keluarganya dibantai, dan seluruh harta benda mereka dijarah dan dibakar habis untuk menutupi jejak.
Zhinu yang masih bersembunyi di bawah tanah akhirnya kehilangan kesadaran karena asap dari api yang membesar. Di tengah kekacauan itu, seorang pria bertopeng datang menyelamatkan Zhinu. Dia mengaku sebagai teman ayahnya yang seharusnya datang menjemput mereka. Pria itu menyarankan Zhinu untuk memulai hidup baru, tapi Zhinu sudah terlanjur dipenuhi dendam. Dia ingin membalas semua orang yang telah menghancurkan keluarganya. Karena niatnya sangat kuat, pria bertopeng itu akhirnya setuju membantu. Dia membawa Zhinu ke sebuah tempat di mana ada dua master yang siap melatihnya: Gao Ming yang mengajarkan strategi dan politik, serta Xing Dou yang mengajarkan ilmu fengshui.
Secara jujur, menurutku premis ceritanya memang nggak terlalu kuat. Memang, aku paham hal yang dialami Zhinu itu nggak adil, tapi aku tetap mengkritik keputusan Kuai Duo. Dia sama sekali nggak berusaha bernegosiasi dengan Bangsawan Pingjin, dan malah membiarkan 14 orang—termasuk keluarganya sendiri—mati begitu aja di rumahnya. Aku sampai mikir, seberapa penting sih benda yang dia sembunyikan itu, sampai rela kehilangan semua orang yang dia cintai? Kalau aku di posisi dia, pasti aku pilih kasih aja benda itu. Yang penting keluarga selamat. Bahkan kalau negaranya pun harus hancur, aku masih bakal cuek asalkan keluargaku aman dan hidup tenang.
Hal lain yang bikin aku maju mundur buat terusin nonton adalah karakter Zhinu sendiri. Untuk anak sekecil itu, dia terlalu dingin dan penuh dendam. Nggak ada rasa trauma atau ketakutan sedikit pun. Buatku agak nggak masuk akal, jadinya kesan karakter Zhinu agak dipaksakan. Tapi ya namanya juga drama, dan udah dijelasin di awal kalau dia punya watak keras dan disiplin sama dirinya sendiri.
Episode pertama ini banyak bikin aku garuk-garuk kepala karena ceritanya belum terlalu meyakinkan. Tapi anehnya, aku tetap lanjut nonton dan sekarang malah udah sampai Episode 9. Ternyata makin ke sini, alurnya makin seru dan penuh misteri. Jadi penasaran juga, apakah ceritanya nanti bakal cukup kuat untuk bikin aku narik ulang semua pendapatku di awal tadi.
Kamu udah nonton belum? Yuk nonton juga, terus kasih tahu pendapat kamu!
Komentar