[Yoo Yeonha]
‘Outcall’—adalah
sebuah peristiwa ledakan sihir yang terjadi 50 puluh tahun lalu dan mengguncang
dunia. Bersamaan dengan peristiwa ini, sebuah entitas seperti Tower, Dungeon,
dan monster mulai bermunculan ke dunia. Eksistensi yang membawa kekacauan ini
mengguncang keamanan manusia. Planet baru milik manusia berubah menjadi neraka.
Para monster yang memakan manusia dan Tower juga Dungeon yang tanpa henti
memproduksi para monster ini seperti pabrik.
Di hadapan
bencana yang baru saja ditemukan ini, sains dan teknologi milik manusia
kehilangan fungsinya. Rasa kemanusiaan runtuh dan hukum yang mengatur manusia
berubah menjadi hukum rimba. Yang bertahan dari tragedi tersebut hancur karena
naluri mereka, kehilangan rasa kebaikan yang ada di hati mereka yang membuat
mereka menjadi seorang manusia.
Di dalam neraka ini, para Hero muncul bagaikan
bintang yang bersinar terang.
Dengan kekuatan yang sangat hebat, mereka
menghentikan kekacauan. Dunia dibangun kembali secepat keruntuhannya. Menggunakan
bakat yang dianugerahkan oleh surga, mereka membawa keajaiban dengan sentilan
tangan mereka. Dengan bantuan mereka, manusia menyembuhkan kembali rasa
kebaikan mereka yang hilang, bergabung dengan para Hero untuk merevitalisasi
teknologi dan sains. ‘Sains sihir’ dan ‘teknik sihir’ pun kemudian lahir.
.
.
.
Pada akhirnya, Tower, Dungeon dan para monster
didesain sebagai target untuk dihancurkan. Namun, perbedaan di antara mereka sangatlah
besar.
Sebuah Tower membutuhkan banyak orang dan waktu
yang lama untuk ditaklukkan. Di sisi lain, tergantung pada tangkat kesulitan
mereka, Dungeon bisa ditaklukkan oleh satu orang, selama orang tersebut tahu
lokasi Dungeon tersebut.
Tower memberikan hadiah yang lebih baik, di
dalamnya berisi banyak harta karun yang tak pernah termimpikan oleh manusia.
Kalau begitu, apa nama Tower yang ditaklukkan
oleh Apostle of Saints Guild pada
tanggal 17 Agustus, 2023, dan apakah hadiah dari menaklukkan Tower?
“Pertanyaan gampang seperti ini tidak sering
muncul, namun kalian masih harus mengetahui tentang penaklukan Tower dan
Dungeon.”
Kelas pagi hari ini adalah ‘Sejarah dari
Post-Outcall’. Ada beberapa kalimat yang pernah kutulis berubah menjadi sebuah
buku dengan tebal 400 halaman. Hal yang perlu diingat adalah hadiah yang
didapat dari Tower, nama-nama monster, lokasi Dungeon di Korea, penaklukan
Tower dan Dungeon dan banyak hal lain lagi.
Bahkan sebagai penulis cerita ini, ada terlalu
banyak informasi untuk diproses. Syukurnya, hal ini tidak terlalu menjadi
masalah bagiku, terimakasih atas Bakat ‘Observasi dan Membaca’ku.
[Pada tanggal 17 Agustus tahun 2023, Guild
Apostle of Sains menaklukkan Tower of Floods dan mendapatkan batu laut.]
Kapankun
aku melihat pada sesuatu, aku bisa mendapatkan informasi tentang sesuatu itu,
makanya aku tak merasa khawatir.
“Huu…”
Di
sisi lain, gadis yang duduk di depanku menggaruk kepalanya dan mendesah.
Melihat
pada karakter yang telah kubuat, aku tak bisa menahan tawaku.
Chae
Nayun benci belajar. Dia memiliki kemampuan
untuk mengambil posisi orang nomor satu di antara para kadet wanita, namun
karena ujian tertulis yang menahannya, dia harus merelakan kursi untuk tempat
pertama pada Rachel. Bahkan jika dia menggertakkan giginya dalam sebuah
kekalahan yang memalukan, ujian tertulis masihlah sebuah rintangan yang sangat
keterlaluan baginya.
Pada saat itu, Chae Nayun menolehkan kepalanya
padaku. Matanya yang menyipit menatap tajam pada orang yang duduk di
belakangnya—aku. Dia pasti telah mendengar suara tawaku.
Bagaimanapun juga,
seorang penembak jitu memiliki indera perasa yang tajam.
Aku berpura-pura tenang sambil menundukkan
kepalaku dan fokus menyalin catatan. Chae Nayun mendecakkan lidahnya dan
kembali menatap ke depan.
Pelajaran kembali dimulai.
Digantikan
dengan tingkat kepadatan mana, tingkah laku monster, Djinn yang berada pada
daftar buron…
Bel
pun berbunyi hanya setelah dua jam berlalu.
“Pastikan
untuk membaca kembali catatan yang telah kalian tulis hari ini. Kalau tidak,
kalian mungkin akan menangis saat ujian nanti.”
Seorang
professor berambut abu-abu yang memakai kacamata bundar di wajahnya lalu pergi
setelah mengucapkan kata-kata itu.
“Argh,
sangat menyebalkan, kenapa aku harus belajar semua hal ini? Ujian tertulis
sangat menyebalkan.”
Chae
Nayun mulai mengeluh pada saat professor pergi. Namun, wajahnya dipenuhi dengan
senyuman. Hal itu mungkin karena kelas selanjutnya.
Latihan
tarung anti-monster.
Seperti
namanya, latihanini merupakan latihan tarung melawan monster. Monster yang
digunakan untuk pelajaran ini terbuat dari boneka mana, namun penampilan dan
kekuatan destruktif mereka diyakini sama dengan monster yang
asli. Tentu saja, mereka lebih lemah daripada yang asli, namun masih saja
kesempatan untuk terluka pada kelas ini masih tinggi.
Aku
ketakutan.
“Kita
bertemu di lapangan dalam waktu 20 menit!”
Sebuah
suara yang keras terdengar di dalam kelas. Aku menoleh pada suara itu.
Wajah
lojong, mata kecil yang lembut, dan tubuh berotot yang tidak sesuai dengan
wajahnya. Dia adalah pendukung Kim Suho, Yi Yeonghan. Mengetahui
konflik yang terjadi di antara Kim Suho dan Shin Jonghak, instruktur yang
bertanggungjawaba atas kelas akhirnya memilih Yi Yeonghan sebagai ketua kelas.
“Ehew.”
Aku hanya berharap latihan nanti tak akan sakit.
.
.
.
Setelah
20 menit istirahat, semua orang dari kelas Veritas berkumpul di Lapangan
Pemula. Dengan 100 orang yang ada di sini, lapangannya kelihatan penuh. Para
kadet berbagi ekspektasi setengah gugup dan setengah senangnya dengan teman
mereka, namun aku sendirian. Hanya aku yang sendirian.
“Sial…”
Di
saat aku sedang berkubang dalam kesepianku, sang intruktur, Kim Soohyuk,
muncul. Para kadet dengan segera berdiri dalam sepuluh jejer di depannya.
“Aku
yakin kalian semua tahu tentang apa yang akan kita pelajari dari latihan ini,
jadi aku akan mengumumkan pembagian tim tanpa penjelasan. Kecuali kalau sesuatu
yang spesial terjadi, tim ini akan tetap sama sampai setelah ujian tengah
semester.”
Formasi
tim. Para Kadet mulai gelisah menghadapi perasaan senang namun juga menegangkan
itu.
Sebuah
tim pada umumnya terdiri atas lima anggota—dua pejuang, satu penembak jitu,
satu pendukung, dan seorang pemain utilitas. Para pejuang biasa merupakan para
petarung jarak dekat seperti para penombak atau ahli pedang, para penembak jitu
merupakan penyerang jarak jauh, dan pendukung adalah orang-orang seperti Yoo
Yeonha dan Yi Yeonghan yang menyerang sendiri atau mendukung penyerang utama.
Terakhir,
para pemain utilitas umumnya memiliki adalah para penyihir, namun posisi itu
dikecualikan sampai tahun pertama selesai. Saat posisi para penyihir
ditambahkan, para pendukung akan memiliki tugas tambahan sebagai pelindung para
penyihir ini. Lagipula, para penyihir itu memiliki peranan yang penting.
Peranku
di sini agak sedikit canggung. Tugas diberikan berdasarkan
pilihan senjata utama yang dipilih dan karena aku bukan seorang penjuang, aku
juga terlalu lemah untuk menjadi seorang penembak jarak jauh. Pistol memiliki
jarak tembak yang lebih pendek daripada panah, dan pistol lebih lemah
dibandingkan dengan senjata tarung yang bisa digunakan dari jarak jauh.
[Penembak jitu (jarak jauh)—Rangking 4 Cha
Nayun, Rangking 9 Im Yeongjin… Rangking 934 Ki Hajin, Rangking 945 Oh Jiyun]
Pada akhirnya, sepertinya aku ditugaskan menjadi
seorang penembak jitu.
Kim Soohyuk mengumumkan.
“Anggota tim akan dipilihkan secara adil. Kadet
dengan rangking rendah akan dipasangkan dengan kadet yang memiliki rangking
lebih tinggi.”
Kelas latihan Cube dijalankan oleh kecerdasan
buatan yang dikembangkan oleh Pertapa Besar. Sebagai hasilnya, tak akan ada
ruang untuk korupsi maupun sogokan.
Aku bisa melihat nilai yang sangat menyedihkan
di depan mataku.
[Tim 1]
[Kim Suho / Kim Lang]
[Sung Seun-un / Paine]
[Tim 2]
[Demian / Rosen]
[Chun Lee / Chae Nayun]
.
.
.
[Tim
5]
[Jin
Hoseung / Hazuki]
[Kim
Hajin / Yoo Yeonha]
“…”
Melihat pada anggota timku, aku jadi tak bisa
berkata-kata.
Yoo Yeonha.
Yoo Yeonha ada di timku. Di dalam novelku, dia
adalah salah satu karakter yang paling banyak dicintai bamun juga dibenci.
Melihat ke sekitar, mataku bertemu dengan matanya. Matanya yang sewarna permata
berkilat dengan sorotan memandang rendah dan rasa jijik. Namun hanya sebentar.
Sedetik setelah aku mengerjapkan mata, pandangan negatif dari matanya
menghilang. Herannya, dia berjalan menuju ke arahku dengan sebuah senyuman.
Rambut panjangnya bergoyang diiringi dengan setiap untaian langkahnya. Bibir
indahnya bergerak dengan sederhana.
“Senang bertemu denganmu.”
“Ah, um, Aku…”
“Hoseung-ssi.”
Namun aku ternyata bukanlah orang yang sedang
Yoo Yeonha sapa. Bertemu dengan matanya juga hanyalah imajinasiku saja. Dia
saat ini sedang berbicara dengan seorang lelaki yang berdiri di belakangku.
“Ah, halo.”
“Bukankan kita pernah satu tim sebelumnya?”
Gaya bicaranya terlalu sopan hanya untuk seorang
gadis berumur 17 tahun, namun itu adalah bagaimana caranya Yoo Yeonha menjaga
jaraknya dengan orang lain.
“Ya? Ah, benar, haha.”
Setelah bertukar kata sebanyak dua kalimat, Jin
Hoseung langsung berkeringat dingin. Yoo Yeonha adalah orang yang sulit untuk
diajak bicara, dan hal itu bukan hanya karena latar belakangnya namun juga
karena kepribadiannya yang gila. Yoo Yeonha dan Shin Jonghak merupakan pasangan
secara resmi, namun bukan secara tidak resmi. Pada titik ini, pasangan yang
dimaksud lebih seperti cinta bertepuk sebelah tangan dari sisi Yoo Yeonha.
“Ah, Hazuki juga datang.”
“Halo…”
Seperti yang terdengar dari namanya, Hazuki
adalah seorang Kadet dari Jepang. Dia mendekat dengan mata yang seolah hendak
menangis. Yoo Yeonha melirik ke arahnya dengan sedikit perasaan tak senang,
lalu berkata.
“Siapa orang yang satunya lagi?”
“Itu aku."
Yoo Yeonha tak suka orang yang punya rasa
percaya diri dan harga diri yang rendah. Karena itulah, aku maju dengan penuh
percaya diri. Hazuki dan Jin Hoseung menoleh duluan padaku.
“Uh…”
Hazuki menelengkan kepalanya seolah dia tak
mengetahui siapa aku.
“Ah, si orang yang memilih pistol.”
Saar Jin Hoseung menyebutkan tindakanku dulu,
aku mengecek ekspresi Yoo Yeonha. Tak di duga, dia tidak menunjukkan emosi
apapun di wajahnya. Namun, hal itu malah jadi lebih menakutkan.
Pada saat itu, Kim Soohyuk berteriak dengan
nyaring.
“Tak ada waktu untuk bicara. Kalian harusnya
sudah mendapatkan koordinat dan informasi tentang moster yang perlu kalian
bunuh di smartwatch kalian. Berangkatlah!”
Dengan total keseluruhan 25 tim, termasuk dari
kelas lain yang bergabung, maka totalnya 100 tim. Misi kami adalah menuju titik
koordinat yang telah diberikan kepada kami dan membunuh monster yang ada di
sana. Kami akan diberi peringkat berdasarkan seberapa cepat dan seberapa aman
kami menyelesaikan misi.
Wiing—
Segera setelah suara pelatih terdengar, Yoo
Yeonha memproyeksikan smartwatch-nya ke udara.
[Gurita Berpunuk Hitam 37° 31’ 32” N]
Nama dan titik koordinat monsternya tertulis di
sana.
Yoo Yeonha bicara dengan sungguh-sungguh.
“Ayo pergi. Kita bisa bicara sambil bergerak.”
.
.
.
Aku tengah berlari di atas tanah lapang. Di ujung
lautan jalan emas ini adalah tempat seharusnya di mana gurita punggung hitam tinggal.
Namun, berlari adalah sebuah hal yang sangat sulit karena status fisikku yang
sangat buruk. Sepatu sneaker yang aku buat tadi malah kelihatannya tak berguna.
Belum satu jam berlari, staminaku sudah habis.
“Tak apa. Yang terpenting adalah apa kita bisa
membunuh monsternya nanti.”
Melihatku yang terengah-engah di atas tanah, Jin
Hoseung mengatakannya sambil menyerahkan sebotol air padaku.
“Dia benar. Tampaknya, kejadian begini adalah hal
yang umum jika kau bekerjasama dengan seorang penyihir.”
Hazuki juga menghiburku dengan bahasa Korea-nya
yang pas-pasan.
Aku merasa berterima kasih, namun aku paling sibuk
mengecek reaksi dari Yoo Yeonha.
Berkebalikan dengan ekspektasiku, dia tidak kelihatan
tidak senang. Dia hanya duduk di atas tanah dengan anggun, membaca informasi
tentang gurita berpunuk hitam, di smartwatch-nya.
Aku pun lalu juga mengambil informasi yang
bermanfaat tentang monster itu di kepalaku.
===
[Gurita berpunuk hitam]
—monster rangking rendah-menengah
—fitur spesial
*Tubuh utamanya tidaklah kuat, namun banyak bayi
gurita yang muncul dari punuk yang ada di kepalanya. Bila lusinan yang muncul
bersamaan, akan sulit untuk menghadapi mereka semua. Bayi gurita bisa menghisap
darah manusia dan membuat mereka memjadi mumi hanya dalam sau detik. Mereka
diklasifikasikan sebagai monster berangking rendah.
—Strategi
*Musnahkan semua bayi gurita. Kalau tidak,
hancurkan punuk hitam tempat dimana sumber kekuatan sihir di buat.
—Kelemahan
*Punuk hitam
—Kekuatan
*Cangkir penghisap dan bayi gurita
===
Mungkin karena aku adalah orang yang menulis
setting-an tentang gurita berpunuk hitam, makanya informasi menyeluruh tentang
monster itu muncul.
“Aku akan menghadapi bayi-bayinya sementara
kalian berdua menghadapi tubuh utamanya.”
Segera, Yoo Yeonha menolehkan kepalanya dari
smartwatch-nya dan berkata pada Hazuki dan Jin Hoseung.
Ah, aku paham sekarang.
Yoo Yeonha berakting seolah aku tak eksis di
sana. Aku seolah berada pada level yang sama dengan udara, itulah makanya
kenapa dia tidak menegurku atau bahkan kelihatan tak senang.
“…Ayo pergi sekarang.”
Merasa tersinggung atas perlakuannya, aku
memaksakan diriku untuk berdiri. Terimakasih atas sneakerku, staminaku telah pulih.
“Kau yakin?”
“Ya. Aku akan duluan. Hup!”
Aku lari duluan di depan mereka. Dibandingkan
dengan waktu aku berada di Bumi, aku berkali lipat lebih cepat.
Namun tepat sepuluh detik kemudian.
Aku jauh tertinggal di belakang mereka bertiga.
Banjarbaru, 28 Maret 2019
Komentar