The Novel's Extra [7] : Latihan (1)



[Yoo Yeonha]
‘Outcall’—adalah sebuah peristiwa ledakan sihir yang terjadi 50 puluh tahun lalu dan mengguncang dunia. Bersamaan dengan peristiwa ini, sebuah entitas seperti Tower, Dungeon, dan monster mulai bermunculan ke dunia. Eksistensi yang membawa kekacauan ini mengguncang keamanan manusia. Planet baru milik manusia berubah menjadi neraka. Para monster yang memakan manusia dan Tower juga Dungeon yang tanpa henti memproduksi para monster ini seperti pabrik.

Di hadapan bencana yang baru saja ditemukan ini, sains dan teknologi milik manusia kehilangan fungsinya. Rasa kemanusiaan runtuh dan hukum yang mengatur manusia berubah menjadi hukum rimba. Yang bertahan dari tragedi tersebut hancur karena naluri mereka, kehilangan rasa kebaikan yang ada di hati mereka yang membuat mereka menjadi seorang manusia.

Di dalam neraka ini, para Hero muncul bagaikan bintang yang bersinar terang.

Dengan kekuatan yang sangat hebat, mereka menghentikan kekacauan. Dunia dibangun kembali secepat keruntuhannya. Menggunakan bakat yang dianugerahkan oleh surga, mereka membawa keajaiban dengan sentilan tangan mereka. Dengan bantuan mereka, manusia menyembuhkan kembali rasa kebaikan mereka yang hilang, bergabung dengan para Hero untuk merevitalisasi teknologi dan sains. ‘Sains sihir’ dan ‘teknik sihir’ pun kemudian lahir.
.
.
.
Pada akhirnya, Tower, Dungeon dan para monster didesain sebagai target untuk dihancurkan. Namun, perbedaan di antara mereka sangatlah besar.

Sebuah Tower membutuhkan banyak orang dan waktu yang lama untuk ditaklukkan. Di sisi lain, tergantung pada tangkat kesulitan mereka, Dungeon bisa ditaklukkan oleh satu orang, selama orang tersebut tahu lokasi Dungeon tersebut.

Tower memberikan hadiah yang lebih baik, di dalamnya berisi banyak harta karun yang tak pernah termimpikan oleh manusia.

Kalau begitu, apa nama Tower yang ditaklukkan oleh Apostle of Saints Guild  pada tanggal 17 Agustus, 2023, dan apakah hadiah dari menaklukkan Tower?

“Pertanyaan gampang seperti ini tidak sering muncul, namun kalian masih harus mengetahui tentang penaklukan Tower dan Dungeon.”

Kelas pagi hari ini adalah ‘Sejarah dari Post-Outcall’. Ada beberapa kalimat yang pernah kutulis berubah menjadi sebuah buku dengan tebal 400 halaman. Hal yang perlu diingat adalah hadiah yang didapat dari Tower, nama-nama monster, lokasi Dungeon di Korea, penaklukan Tower dan Dungeon dan banyak hal lain lagi.

Bahkan sebagai penulis cerita ini, ada terlalu banyak informasi untuk diproses. Syukurnya, hal ini tidak terlalu menjadi masalah bagiku, terimakasih atas Bakat ‘Observasi dan Membaca’ku.

[Pada tanggal 17 Agustus tahun 2023, Guild Apostle of Sains menaklukkan Tower of Floods dan mendapatkan batu laut.]

Kapankun aku melihat pada sesuatu, aku bisa mendapatkan informasi tentang sesuatu itu, makanya aku tak merasa khawatir.

“Huu…”

Di sisi lain, gadis yang duduk di depanku menggaruk kepalanya dan mendesah.

Melihat pada karakter yang telah kubuat, aku tak bisa menahan tawaku.

Chae Nayun benci belajar. Dia memiliki kemampuan untuk mengambil posisi orang nomor satu di antara para kadet wanita, namun karena ujian tertulis yang menahannya, dia harus merelakan kursi untuk tempat pertama pada Rachel. Bahkan jika dia menggertakkan giginya dalam sebuah kekalahan yang memalukan, ujian tertulis masihlah sebuah rintangan yang sangat keterlaluan baginya.

Pada saat itu, Chae Nayun menolehkan kepalanya padaku. Matanya yang menyipit menatap tajam pada orang yang duduk di belakangnya—aku. Dia pasti telah mendengar suara tawaku. 

Bagaimanapun juga, seorang penembak jitu memiliki indera perasa yang tajam.

Aku berpura-pura tenang sambil menundukkan kepalaku dan fokus menyalin catatan. Chae Nayun mendecakkan lidahnya dan kembali menatap ke depan.

Pelajaran kembali dimulai.

Digantikan dengan tingkat kepadatan mana, tingkah laku monster, Djinn yang berada pada daftar buron…

Bel pun berbunyi hanya setelah dua jam berlalu.

“Pastikan untuk membaca kembali catatan yang telah kalian tulis hari ini. Kalau tidak, kalian mungkin akan menangis saat ujian nanti.”

Seorang professor berambut abu-abu yang memakai kacamata bundar di wajahnya lalu pergi setelah mengucapkan kata-kata itu.

“Argh, sangat menyebalkan, kenapa aku harus belajar semua hal ini? Ujian tertulis sangat menyebalkan.”

Chae Nayun mulai mengeluh pada saat professor pergi. Namun, wajahnya dipenuhi dengan senyuman. Hal itu mungkin karena kelas selanjutnya.

Latihan tarung anti-monster.

Seperti namanya, latihanini merupakan latihan tarung melawan monster. Monster yang digunakan untuk pelajaran ini terbuat dari boneka mana, namun penampilan dan kekuatan destruktif mereka diyakini sama dengan monster yang asli. Tentu saja, mereka lebih lemah daripada yang asli, namun masih saja kesempatan untuk terluka pada kelas ini masih tinggi.

Aku ketakutan.

“Kita bertemu di lapangan dalam waktu 20 menit!”

Sebuah suara yang keras terdengar di dalam kelas. Aku menoleh pada suara itu.

Wajah lojong, mata kecil yang lembut, dan tubuh berotot yang tidak sesuai dengan wajahnya. Dia adalah pendukung Kim Suho, Yi Yeonghan. Mengetahui konflik yang terjadi di antara Kim Suho dan Shin Jonghak, instruktur yang bertanggungjawaba atas kelas akhirnya memilih Yi Yeonghan sebagai ketua kelas.

“Ehew.”

Aku hanya berharap latihan nanti tak akan sakit.
.
.
.
Setelah 20 menit istirahat, semua orang dari kelas Veritas berkumpul di Lapangan Pemula. Dengan 100 orang yang ada di sini, lapangannya kelihatan penuh. Para kadet berbagi ekspektasi setengah gugup dan setengah senangnya dengan teman mereka, namun aku sendirian. Hanya aku yang sendirian.

“Sial…”

Di saat aku sedang berkubang dalam kesepianku, sang intruktur, Kim Soohyuk, muncul. Para kadet dengan segera berdiri dalam sepuluh jejer di depannya.

“Aku yakin kalian semua tahu tentang apa yang akan kita pelajari dari latihan ini, jadi aku akan mengumumkan pembagian tim tanpa penjelasan. Kecuali kalau sesuatu yang spesial terjadi, tim ini akan tetap sama sampai setelah ujian tengah semester.”

Formasi tim. Para Kadet mulai gelisah menghadapi perasaan senang namun juga menegangkan itu.
Sebuah tim pada umumnya terdiri atas lima anggota—dua pejuang, satu penembak jitu, satu pendukung, dan seorang pemain utilitas. Para pejuang biasa merupakan para petarung jarak dekat seperti para penombak atau ahli pedang, para penembak jitu merupakan penyerang jarak jauh, dan pendukung adalah orang-orang seperti Yoo Yeonha dan Yi Yeonghan yang menyerang sendiri atau mendukung penyerang utama.

Terakhir, para pemain utilitas umumnya memiliki adalah para penyihir, namun posisi itu dikecualikan sampai tahun pertama selesai. Saat posisi para penyihir ditambahkan, para pendukung akan memiliki tugas tambahan sebagai pelindung para penyihir ini. Lagipula, para penyihir itu memiliki peranan yang penting.

Peranku di sini agak sedikit canggung. Tugas diberikan berdasarkan pilihan senjata utama yang dipilih dan karena aku bukan seorang penjuang, aku juga terlalu lemah untuk menjadi seorang penembak jarak jauh. Pistol memiliki jarak tembak yang lebih pendek daripada panah, dan pistol lebih lemah dibandingkan dengan senjata tarung yang bisa digunakan dari jarak jauh.

[Penembak jitu (jarak jauh)—Rangking 4 Cha Nayun, Rangking 9 Im Yeongjin… Rangking 934 Ki Hajin, Rangking 945 Oh Jiyun]

Pada akhirnya, sepertinya aku ditugaskan menjadi seorang penembak jitu.

Kim Soohyuk mengumumkan.

“Anggota tim akan dipilihkan secara adil. Kadet dengan rangking rendah akan dipasangkan dengan kadet yang memiliki rangking lebih tinggi.”

Kelas latihan Cube dijalankan oleh kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh Pertapa Besar. Sebagai hasilnya, tak akan ada ruang untuk korupsi maupun sogokan.

Aku bisa melihat nilai yang sangat menyedihkan di depan mataku.

[Tim 1]
[Kim Suho / Kim Lang]
[Sung Seun-un / Paine]

[Tim 2]
[Demian / Rosen]
[Chun Lee / Chae Nayun]

.

.

.
[Tim 5]
[Jin Hoseung / Hazuki]
[Kim Hajin / Yoo Yeonha]

“…”

Melihat pada anggota timku, aku jadi tak bisa berkata-kata.

Yoo Yeonha.

Yoo Yeonha ada di timku. Di dalam novelku, dia adalah salah satu karakter yang paling banyak dicintai bamun juga dibenci. Melihat ke sekitar, mataku bertemu dengan matanya. Matanya yang sewarna permata berkilat dengan sorotan memandang rendah dan rasa jijik. Namun hanya sebentar. Sedetik setelah aku mengerjapkan mata, pandangan negatif dari matanya menghilang. Herannya, dia berjalan menuju ke arahku dengan sebuah senyuman. Rambut panjangnya bergoyang diiringi dengan setiap untaian langkahnya. Bibir indahnya bergerak dengan sederhana.

“Senang bertemu denganmu.”

“Ah, um, Aku…”

“Hoseung-ssi.”

Namun aku ternyata bukanlah orang yang sedang Yoo Yeonha sapa. Bertemu dengan matanya juga hanyalah imajinasiku saja. Dia saat ini sedang berbicara dengan seorang lelaki yang berdiri di belakangku.

“Ah, halo.”

“Bukankan kita pernah satu tim sebelumnya?”

Gaya bicaranya terlalu sopan hanya untuk seorang gadis berumur 17 tahun, namun itu adalah bagaimana caranya Yoo Yeonha menjaga jaraknya dengan orang lain.

“Ya? Ah, benar, haha.”

Setelah bertukar kata sebanyak dua kalimat, Jin Hoseung langsung berkeringat dingin. Yoo Yeonha adalah orang yang sulit untuk diajak bicara, dan hal itu bukan hanya karena latar belakangnya namun juga karena kepribadiannya yang gila. Yoo Yeonha dan Shin Jonghak merupakan pasangan secara resmi, namun bukan secara tidak resmi. Pada titik ini, pasangan yang dimaksud lebih seperti cinta bertepuk sebelah tangan dari sisi Yoo Yeonha.

“Ah, Hazuki juga datang.”

“Halo…”

Seperti yang terdengar dari namanya, Hazuki adalah seorang Kadet dari Jepang. Dia mendekat dengan mata yang seolah hendak menangis. Yoo Yeonha melirik ke arahnya dengan sedikit perasaan tak senang, lalu berkata.

“Siapa orang yang satunya lagi?”

“Itu aku."

Yoo Yeonha tak suka orang yang punya rasa percaya diri dan harga diri yang rendah. Karena itulah, aku maju dengan penuh percaya diri. Hazuki dan Jin Hoseung menoleh duluan padaku.

“Uh…”

Hazuki menelengkan kepalanya seolah dia tak mengetahui siapa aku.

“Ah, si orang yang memilih pistol.”

Saar Jin Hoseung menyebutkan tindakanku dulu, aku mengecek ekspresi Yoo Yeonha. Tak di duga, dia tidak menunjukkan emosi apapun di wajahnya. Namun, hal itu malah jadi lebih menakutkan.

Pada saat itu, Kim Soohyuk berteriak dengan nyaring.

“Tak ada waktu untuk bicara. Kalian harusnya sudah mendapatkan koordinat dan informasi tentang moster yang perlu kalian bunuh di smartwatch kalian. Berangkatlah!”

Dengan total keseluruhan 25 tim, termasuk dari kelas lain yang bergabung, maka totalnya 100 tim. Misi kami adalah menuju titik koordinat yang telah diberikan kepada kami dan membunuh monster yang ada di sana. Kami akan diberi peringkat berdasarkan seberapa cepat dan seberapa aman kami menyelesaikan misi.

Wiing—

Segera setelah suara pelatih terdengar, Yoo Yeonha memproyeksikan smartwatch-nya ke udara.

[Gurita Berpunuk Hitam 37° 31’ 32” N]

Nama dan titik koordinat monsternya tertulis di sana.

Yoo Yeonha bicara dengan sungguh-sungguh.

“Ayo pergi. Kita bisa bicara sambil bergerak.”
.
.
.
Aku tengah berlari di atas tanah lapang. Di ujung lautan jalan emas ini adalah tempat seharusnya di mana gurita punggung hitam tinggal. Namun, berlari adalah sebuah hal yang sangat sulit karena status fisikku yang sangat buruk. Sepatu sneaker yang aku buat tadi malah kelihatannya tak berguna. Belum satu jam berlari, staminaku sudah habis.

“Tak apa. Yang terpenting adalah apa kita bisa membunuh monsternya nanti.”

Melihatku yang terengah-engah di atas tanah, Jin Hoseung mengatakannya sambil menyerahkan sebotol air padaku.

“Dia benar. Tampaknya, kejadian begini adalah hal yang umum jika kau bekerjasama dengan seorang penyihir.”

Hazuki juga menghiburku dengan bahasa Korea-nya yang pas-pasan.

Aku merasa berterima kasih, namun aku paling sibuk mengecek reaksi dari Yoo Yeonha.

Berkebalikan dengan ekspektasiku, dia tidak kelihatan tidak senang. Dia hanya duduk di atas tanah dengan anggun, membaca informasi tentang gurita berpunuk hitam, di smartwatch-nya.

Aku pun lalu juga mengambil informasi yang bermanfaat tentang monster itu di kepalaku.
===
[Gurita berpunuk hitam]
—monster rangking rendah-menengah
—fitur spesial
*Tubuh utamanya tidaklah kuat, namun banyak bayi gurita yang muncul dari punuk yang ada di kepalanya. Bila lusinan yang muncul bersamaan, akan sulit untuk menghadapi mereka semua. Bayi gurita bisa menghisap darah manusia dan membuat mereka memjadi mumi hanya dalam sau detik. Mereka diklasifikasikan sebagai monster berangking rendah.
—Strategi
*Musnahkan semua bayi gurita. Kalau tidak, hancurkan punuk hitam tempat dimana sumber kekuatan sihir di buat.
—Kelemahan
*Punuk hitam
—Kekuatan
*Cangkir penghisap dan bayi gurita
===
Mungkin karena aku adalah orang yang menulis setting-an tentang gurita berpunuk hitam, makanya informasi menyeluruh tentang monster itu muncul.

“Aku akan menghadapi bayi-bayinya sementara kalian berdua menghadapi tubuh utamanya.”

Segera, Yoo Yeonha menolehkan kepalanya dari smartwatch-nya dan berkata pada Hazuki dan Jin Hoseung.

Ah, aku paham sekarang.

Yoo Yeonha berakting seolah aku tak eksis di sana. Aku seolah berada pada level yang sama dengan udara, itulah makanya kenapa dia tidak menegurku atau bahkan kelihatan tak senang.

“…Ayo pergi sekarang.”

Merasa tersinggung atas perlakuannya, aku memaksakan diriku untuk berdiri. Terimakasih atas sneakerku, staminaku telah pulih.

“Kau yakin?”

“Ya. Aku akan duluan. Hup!”

Aku lari duluan di depan mereka. Dibandingkan dengan waktu aku berada di Bumi, aku berkali lipat lebih cepat.

Namun tepat sepuluh detik kemudian.

Aku jauh tertinggal di belakang mereka bertiga.

Banjarbaru, 28 Maret 2019


Komentar