The Novel's Extra [6] : SIngkronisasi (3)


Saat tengah malam, aku keluar dari kamarku. Pistol tangan di dalam kantung celanaku bergerak-gerak tak nyaman selama aku berjalan, namun aku tak bisa berbuat apa-apa tentang hal itu karena aku tak memiliki sarung pistol.

Tujuanku adalah tempat latihan menembak.

Berlokasi di bagian timur dari asrama nomor 1, tempat latihan menembak adalah sebuah gedung dengan bentuk kubah yang terdiri atas 20 ruang latihan. Papan target ditempatkan secara aneh, tepat di sekitar para penembak akan berdiri. Hal ini terjadi karena panah sihir bisa dengan mudah mengubah arah lintasan tembakannya, tidak seperti peluru.

[Rangking 934, Kim Hajin, dikonfirmasi.]

Sebuah suara robot yang tak dikenal menyebut namaku sesaat setelah aku menyentuhkan smartwatch-ku pada pintu masuk tempat latihan tembak. Sudah pasti, namaku telah berubah dari Kim Chundong menjadi Kim Hajin. Merasa agak aneh, aku pun masuk ke dalam.

Melewati ruang masuk berbentuk lingkaran yang luas, ada sepuluh pintu yang dipisahkan dengan jarak yang sama dengan satu yang lainnya. Aku menyentuhkan smartwatch-ku pada salah satu pintu masuk itu.

[Rangking 934, Kim Hajin, dikonfirmasi.]

Pintu itu pun terbuka.

Tempat latihan tembak ini terlihat sederhana. Di tengah ruangan berbentuk lingkaran seluas 130 meter kubik itu ada sebuah perancah untuk para penembak. Aku berjalan menuju bagian tengah. Saat aku menempatkan kakiku pada perancah yang pendek, suara sopan dari seorang robot terdengar dari langit-langit.

[Menginisialisasi target. Pilihlah jumlah target yang Anda inginkan.]

[Anda harus memilih paling tidak 2 target dan paling banyak 20 target.]

“Sepuluh.”

Suaraku bergema, dan objek berwarna biru yang terlihat seperti serangga keluar dari tanah.
Aku melihat target-target yang mengelilingiku. Sebuah monster yang nyaris tidak bisa digolongkan sebagai monster, serangga kecil. Target-target itu mirip seperti kebanyakan serangga yang dikenal orang-orang, satu-satunya perbedaan adalah bahwa mereka ternyata lebih besar dari serangga kebanyakan.

[Pilihlah tingkat kesulitan latihan Anda.]

[Anda bisa memilih mulai dari level 1 sampai level 9.]

Semakin tinggi level sama artinya dengan target yang akan bergerak lebih cepat. Pada level 9, target-target itu bahkan bisa menyerang balik. Meskipun serangannya, paling bagus akan hanya terasa seperti sengatan, namun serangan-serangan itu masihlah berbahaya bagi diriku yang sekarang.

“Level 4.”

Pertama-tama, aku mengatur tingkat kesulitan pada level 4 dan kemudian mengisi peluru-peluru sihirku. Jika aku terampil dalam menggunakan kekuatan sihir, aku harusnya bisa mengompresi kekuatan sihir ke dalam peluru walau tanpa perlu memiliki peluru asli, namun diriku saat ini tak mempunyai bakat semacam itu. Dan bahkan jika aku punya hal semacam itu, menggunakan busur akan memiliki kekuatan yang lebih desktruktif dan efisien.

“Mulai.”

Pertama-tama lagi, aku memberitahu sistem untuk mulai dan membidik pistolku pada target yang paling kiri. Serangga yang bergerak dengan lambat itu tampaknya mulai sadar akan aura permusuhan yang kukeluarkan karena mereka mulai bergerak lebih cepat. Serangga-serangga itu berpencar tanpa pola yang pasti, namun aku bisa melihat lintasan tembak mereka. Semua ini seolah-olah aku sedang melihat sebuah gambaran setelahnya, yaitu sebuah pola yang akan mereka ambil di masa depan.
Memprediksi pergerakan mereka dalam satu langkah, aku menarik pelatuk.

Api berwarna biru ditembakkan dari laras pistol. Tak ada suara bising yang keluar seperti suara pistol kebanyakan yang ada di Bumi. Mendiamkan laras pistol sebentar, peluru tadi harusnya sudah menembus tubuh serangga yang kubidik tadi.

Aku tidak perlu mengeceknya dengan mataku sendiri. Sesaat ketika peluru keluar, aku bergerak lagi ke target berikutnya dan menembak. Tanganku seolah bergerak sesuai kemauannya sendiri.

Satu, dua, tiga, empat… sepuluh.

Pelatuk pistol ditarik sepuluh kali, dan serangga-serangga yang telah tertembak tadi telah berceceran menjadi partikel mana.

Hanya dua target yang selamat.

“Oho.”

Aku lumayan terkesan.

Hanya dengan menulis sebuah Bakat, aku aku bisa menembak semua serangga-serangga itu kecuali dua serangga yang berada pada posisi paling jauh.

[Latihan Anda telah terakhir. Waktu berlalu: 1.37 detik. Nilai menembak: 80/100]

Hanya dalam 1.37 detik.

“….semua ini lumayan seru.”

Adalah sebuah fakta nyata. Semakin baik kau saat melakukan sesuatu, maka akan semakin seru sesuatu itu untuk dilakukan. Hal itu seru karena kau hebat saat melakukannya.

Merasa seolah aku sedang berada di gang beratap, aku sekali kali berteriak ‘mulai’.
.
.
.
Sebuah fakta nyata lagi. Betatapun sesuatu itu menyenangkan untuk dilakukan, melakukannya sebanyak dua puluh kali akan membuat sesuatu yang meneynangkan itu menjadi membosankan.
Saat jam 3 pagi, aku menghentikan latihan menembakku. Setelah keluar dari ruangan menembak, aku melemaskan jemariku yang kaku saat aku mendengar suara rusuh di ruangan sebelah.

—whush whush whush

Sebuah suara samar dari gelombang kejut. Suara itu adalah suara anak panah yang ditembakkan di udara. Sumbernya berasal dari ruangan di sebelah. Penasaran, aku pun mengintipnya. Aku harusnya tak bisa melihat apapun karena pintu yang tertutup, namun anehnya aku bisa melihatnya.

Pintu itu berubah samar dan kemudian interior di dalam ruangan menunjukkan bentuknya.

Agedan di balik pintu menunjukkan alasan mengapa busur lebih superior dibandingkan pistol.

“Itu adalah Chae Nayun.”

Chae Nayun sedang latihan target dengan wajah serius. Empat anak panah bersandar di busurnya. Anak panah itu adalah anak panah sihir yang dilingkupi dengan kekuatan sihir. Karena teknik kekuatan sihirnya masih lemah saat ini, dia tidak bisa melakukan ‘tembakan membelah’, tembakan membelah adalah tembakan yang bisa membuat satu tembakan anak panah menjadi banyak.

—Whush!

Chae Nayun melepaskan tali busurr. Anak panahnya melesat jauh menuju 20 target sambil meninggalkan jejak kebiruan sisa dari kekuatan sihir. Seolah anak panah itu hidup, anak panah-anak panah itu langsung melenyapkan target-target itu.

“…Luar biasa.”

Aku berseru dalam kaget.

Namun, bakat Chae Nayun sesungguhnya bukanlah untuk busur. Ada senjata yang lebih cocok dengannya. Akan tetapi jika dia saja sudah seluar biasa itu menggunakan busur, settingan apa-apaan sebenarnya yang telah kubuat di novelku?

Pada saat itu, Chae Nayun tiba-tiba menoleh. Matanya bertemu dengan mataku. Walaupun adalah hal yang tak mungkin dia bisa melihatku dibalik dinding, sesuatu masih terasa agak aneh.

Aku pun menyelinap keluar dengan cepat.

.
.
.

[Latihan menembak meningkatkan kecakapan Bakat Anda sebanyak 3%]
[Latihan menembak berulang meningkatkan kecakapan Bakat Anda sebanyak 2.9%]
[‘Keberuntungan’ terpakai! Persepsi dan kecepatan Anda meningkat sebanyak 0.1!]
[Latihan menembak berulang meningkatkan kecakapan Bakat Anda sebanyak 2.8%]
Pesan-pesan di atas tertulis di layar laptop. Kecakapan Master Penembak Jitu meningkat, dan status yang aku dapatkan dengan keberuntungan ditambahkan sebagai bonus.

Terimakasih karena tingkatan bakatku yang rendah, aku telah mendapatkan 50% EXP dari kecapakan. Mencapai tangka 9 kelihatannya tidak sulit.
===
>{Master Penembak Jitu]
[Rangking menengah ke bawah] [Atribut Roh] [Berkembang—Tingkat 10] [EXP Kecakapan 50%]
—Latihan Master Penembak Jitu
*Keakraban dalam semua jenih senjata jarak jauh
—Mata Ribuan Mil
*Bisa melihat jarak jauh dan terkadang bisa memprediski jalan pergerakan target
—Bullet Time
*Hanya dalam pertarungan sekali dalam 24 jam, Anda bisa menghabiskan waktu 3 detik dalam ‘Bullet Time”.
===
Semakin aku memikirkanya, Bakar ini terlihat semakin bagus, khususnya pada bagian ‘untuk semua senjata jarak jauh’. Sekarang ini, meningkatkan kecapakan dengan pistol lebih mudah daripada dengan busur, namun karena busur lebih kuat, aku akan mengganti senjata dengan busur nanti.
“Namun apa-apaan dengan SP-nya?”

[Anda mendapatkan 0.2 SP!]
[Anda mendapatkan 0.2 SP!]
[Sebuah hadiah yang menguntungkan! Anda mendapatkan bonus 1 SP.]
[Anda mendapatkan 0.2 SP!]
Setelah berlatih sebanyak 20 putaran, aku hanya mendapatkan 5 SP> memilih pistol sebagai senjata utamaku membuatku mendapatkan 64 SP, yang artinya semakin aku unjuk diri dan bersinar maka semakin banyak SP yang kudapatkan daripada berlatih sendirian.

“Tsk.”

Walaupun aku hanya mendapatkan sedikit SP, aku masih bisa menggunakannya.

Latihan tarung yang menakutkan adalah besok. Untuk mendapatkan bahkan paling sedikit point, aku harus melakukan sesuatu pada kemampuan fisikku yang sangat rendah.

Masalah yang terbesar adalah staminaku. Karena aku melemparkan semua poinku pada status keberuntungan, aku menjadi sangat lemah, lebih lemah dari orang-orang kebanyakan.
===
[Sneakers Latihan]
—Sneaker buatan spesial.
*Menambahkan sebanyak 0.3 point ke dalam stamina dan kecepatan.
===
“Mungkin dengan ini…”

Cara paling mudah untuk memecahkan masalahku adalah melalui perlengkapan.

Aku mulai mengetik di atas keyboard.
===
[Sneaker Latihan Mistis]
—Sneaker buatan spesial. Mengandung kekuatan mistis.
*Menambahkan sebanyak 0.3 poin ke dalam stamina dan kecepatan.
*Meningkatkan energi dan penyembuhan stamina.
===
[Anda tidak memiliki cukup SP.]

Namun kali ini, modifikasi yang kubuat langsung dibatalkan tanpa disesuaikan lebih dulu.

Aku tak terlalu terkejut. Lagipula, aku memang hanya punya 5 SP.

Namun, masih terlalu cepat untuk menyerah sekarang.
===
[Sneaker Latihan Mistis]
—Sneaker buatan spesial. Mengandung kekuatan mistis.
*Menambahkan 0.3 poin ke dalam stamina dan kecepatan.
*Saat si Pemakai mau, penyembuhan energi dan stamina ditingkatkan selama satu jam. Setelah pemakaian, efek ini tak bisa digunakan lagi selama 24 jam. ‘Efek’ ini akan menghilang setelah satu bulan.
===
Untuk mencukupkan SP yang kumiliki, aku meletakkan 3 larangan. Sebuah waktu jeda dalam 24 jam, efek yang hanya berdurasi satu jam dan efek yang akan menghilang setelah satu bulan pemakaian.

[Anda menggunakan 5 SP. Apakah Anda ingin menyimpan perubahan?]

“Oh! Berhasil!”

Aku menekan tombol Enter dengan gembira.

Tiba-tiba, sebuah cahaya biru menyala dari laptop. Cahaya yang menari-nari itu terserap ke dalam sneaker, dan sebuah garis berwarna tercoreng pada sepatu sneaker berwarna putih itu.

Banjarbaru, 12 Maret 2019


Komentar