The Novel's Extra [1] : Cube


Suatu hari, aku menerima sebuah email. Si pengirim menanyakan apa dia bisa me-remake novelku. Pada saat itu, aku merasa heran. Aku mungkin sedang berada dalam masa hiatus, namun meminta untuk me-remake novel yang sedang berjalan…

Aku, tentu saja, menolak. Faktanya, aku tidak membalas pesan itu. Hal itu lebih kepada, melakukan remake tanpa ijin merupakan suatu hal yang melawan hukum hak cipta, namun karena juga aku merasa malu dengan status hiatus yang sedang kujalani.

Webnovel yang sedang kutulis berjudul ‘The Returnee of The Hero.’ [Kembalinya Sang Hero]
Tapi saat aku menerima email itu, aku sedang berada dalam masa hiatus selama tiga bulan.
Alasannya simpel. Kata-kata untuk menulis tak datang padaku.

Pada mulanya, aku menuangkan seluruh hasratku ke dalam tulisanku. Cacatan pribadiku tentang peraturan dunia yang ada di dalam novelku mencapai kira-kira 50.000 kata, dan aku memakai seluruh hatiku saat menulis setiap chapter-nya. Namun setelah setahun menulis, aku terjatuh dalam kemerosotan yang menakutkan.

Walaupun begitu, novel tetap berlanjut selama enam bulan, hingga mencapai bagian pertengahan akhir cerita. Tapi karena aku mendorong paksa diriku sendiri untuk menulis, ceritanya jadi penuh dengan plot berlubang, dan kepribadian-kepribadian karakter yang kupunya langsung jatuh. Tak mengejutkan, jumlah pembaca langsung turun hari demi hari. Aku bahkan terlalu takut untuk membaca komentar-komentar mereka.

Pada akhirnya, aku pun memilih untuk hiatus. Namun tak peduli berapa lama aku istirahat dalam menulis, aku tetap tidak bisa melanjutkan cerita itu, tidak satupun kata yang keluar dalam pikiranku. Saat aku berkubang dalam kesengsaraan akibat menyadari betapa rendahnya kemampuan menulisku…

Aku menerima email lain yang meminta untuk me-remake novelku.

[homosapiens@neighbor.com]

[Kumohon. Ini hanya untuk kepuasan pribadi. Aku tak akan menyebar luaskan remake dari novelnya ke mana-mana. Ini hanya antara kau dan aku. Siapa tau? Mungkin kau akan terinspirasi oleh remake novel yang kubuat dan punya ide untuk melanjutkan ceritanya…]

Itu adalah sebuah email panjang yang terdengar tulus berisi atas enam kalimat, namun yang ditanyakannya adalah hal yang sederhana.

Dia ingin me-remake novelku untuk kepuasan pribadi.

Seberapa besar dia menyukai novelku hingga dia mengirim email begini? Aku memang tidak terlalu bangga akan hasil karyaku, aku pun setuju, merasa berterimakasih sekaligus malu.

…lalu, apakah itu penyebab semua situasi ini?

Kesempatan untuk memenangkan lotre dikatakan 1 banding 8,145,060. Lalu, yang terjadi padaku sekarang ini mungkin 1 dibanding 7 milyar.

Aku saat ini sedang berdiri di depan sebuah rumah keluarga yang kelihatan biasa.

Tapi, dunia di mana aku berada sekarang bukanlah duniaku, dan aku bukanlah ‘aku’. Walupun seseorang mungkin berpikir kalau aku sedang berfilsafat, aku benar-benar tidak sedang begitu. Hanya saja, itulah satu-satunya cara terbiak untuk mendeskripsikan situasi yang sedang kuhadapi sekarang.
Aku telah menjadi seorang tambahan di novelku. Sebuah tambahan yang tak pernah kuingat pernah kutulis.

Kim Chundong.

Chundong tinggal di ruangan apartemen yang biasa, tapi dia tidak mempunyai orangtua. Untuk alasan kenapa, aku, tentu saja, tidak tahu.

Pada waktu 9 tahun, Chundong diterima oleh Akademi Agen Militer, sebuah tempat untuk menumbuhkan para elite yang berjuang melawan para monster dan djinn.

Kemampuan macam apa yang dimiliki Chundong untuk bisa lulus ujian masuk?

Aku tidak tahu.

Aku tidak tahu apapun tentangnya. Aku bahkan tidak kenal dengan wajahnya. Aku tidak sedang bercanda. Aku benar-benar tidak sedang bercanda.

Saat aku melihat di kaca….

(?)

Itulah yang aku lihat. Sebuah wajah berbentuk lonjong dengan tanda tanya ditengahnya.

Tubuh kesurupan yang jadi gila (?) atau transmigrasi ke dunia lain yang benar-benar tak masuk akal. Aku pergi tidur seperti hari-hari yang lain, namun saat aku bangun, aku mendapati diriku sendiri berada di hari semester terakhir di Akademi Agen Militer.

Awalnya, aku punya dua dugaan. Pertama, bahwa aku sedang dikerjai. Namun ide itu langsung gugur setelah lima detik. Aku bahkan tidak ingin pusing-pusing menjelaskan kenapa.

Ide yang kedua, aku pikir aku sedang bermimpi. Tapi, aku langsung menyingkirkan ide itu. Seperti yang semua orang tahu, pemikiran bahwa kita sedang bermimpi tidak pernah terjadi pada orang yang sedang bermimpi, dan lebih penting lagi, taka da mimpi yang berlanjut selama dua minggu dengan perasaan nyata yang benar-benar jelas seperti yang kurasakan.

Sebagai hasilnya, aku menghabiskan dua mingguku dengan mengira-ngira apakah ‘dunia di dalam novel’ yang kutempati saat ini harus kujalani sebagai ‘realita’.

Ding dong—

Tatattatattatatta~

Seperti yang kulakukan di dua minggu terakhir, aku sedang berbaring di atas ranjang dan menatapi langit-langit ruangan dengan tatapan kosong ketika alarm smartphone mulai berbunyi. Melihatnya sekilas, aku melihat tulisan ‘waktunya untuk pergi ke sekolah’ di sana.

“Kenapa juga aku harus pergi sekolah.”

Tiga belas hari yang lalu adalah prosesi kelulusan Akademi Agen Militer. Namun yang menjalani prosesi kelulusan waktu itu adalah hanya para kadet bukan peratung dan para kadet bukan petarung tidaklah bisa di sebuh sebagai Hero. Kadet kelas petarung harus belajar di akademi selama tiga tahun.
Waktu tiga tahun ini akan dilaksanakan di [Cube], sebuah akademi Hero.

Kebetulan, si Chundong sialan ini adalah kadet tipe petarung. Lagi, aku tak punya petunjuk sama sekali siapa dia.

“Ah…. Betapa frustasinya.”

Aku hampir tak melakukan apapun selama dua minggu. Aku menghabiskan hamper seluruh waktuku untuk bermain internet, makan saat aku lapar, kembali lagi berselancar di internet mencari jalan kembali keluar ke duniaku, tertawa pada acara lucu yang disiarkan di tv, dan makan lagi saat aku lapar…

Lagian, satu-satunya acara yang layak untuk dihadiri adalah pergi ke Seoul dua hari lalu untuk menghadiri ‘Upacara Penyambutan Cube’ yang berlangsung selama tiga jam lamanya. Aku tak ingin pergi, tapi aku tak punya pilihan lain karena telah diberitahun bahwa aku akan dikeluarkan jika aku tidak datang.

“Kupikir aku tidak harus pergi, tapi…”

Aku tidak bisa menerka siapa kiranya yang menaruhku di dunia ini, untuk alasan apa dan dengan kekuatan macam apa.

Namun setelah hidup santai selama dua minggu, aku mau tidak mau akhirnya menerima takdirku. Sepertinya aku akan hidup dengan cara ini dalam waktu yang sangat-sangat lama.

Di dalam novelku, menjadi seorang Hero adalah cita-cita setiap orang. Walaupun kemudian hal-hal bisa jadi serius ditengah-tengah karena ulah para penjahat, hiatusnya juga tidak terlalu lama setelahnya.

Aku hanya perlu bertahan sampai pada saat itu. Ketika waktunya tiba, aku yakin bisa menemukan sesuatu jawaban.

[7.33 AM]

Hanya ada waktu sekitar 57 menit sebelum ke sekolah. Aku bangun dan berjalan malas-malasan ke kamar mandi. Melihat ke depan kaca, tuan dengan wajah tanda Tanya menyapaku.

“…sialan sekali tanda tanya ini. Apa dia tidak akan pergi?”

Bukan candaan, wajahku adalah sebuah tanda tanya. Aku tidak tahu kenapa.

Hal ini bukan karena aku tidak mendeskripsikan wajahku di novel. Kalau memang karena itu, adalah hal yang tak masuk akal untuk milyaran orang untuk memiliki wajah mereka sendiri. Jadi kenapa hanya wajah Chundong yang tak memiliki wajah dan hanya tanda tanya.

“Aku tak paham.”

Berbica pelan denga penuh omelan, aku mencuci wajahku. Aku bisa merasakan kulit wajahku. Aku juga punya rambut. Itulah yang membuat semua hal ini jadi lebih mengerikan.

Setelah membersihkan diri sedikit, aku berganti pakaian mejadi seragam Cube yang aku dapatkan pada saat Upara Penerimaan. Selain itu, aku tak punya koper lain.

Orang-orang yang melihatku memakai seragam ini akan langsung menatapku dengan pandangan iri, walaupun nyatanya aku sendiri tidak tahu apa yang sedang aku lakukan sekarang. Wajahku adalah sebuah tanda tanya, memangnya bagaimana aku harus menghadapi semua ini?

Memutar knob pintu, aku menoleh ke belakang. Rumahku yang telah kutinggali selama dua minggu. Ruangan apartemen yang dengan susah payah aku temukan berkat alamat rumah yang tertulis pada kartu kadetku. Aku kelihatannya agak tidak rela walau hanya tinggal di sini sebentar. Sepertinya aku akan rindu tempat ini.

Cube berada di laut timur. Saat aku pergi, aku mungkin tak akan kembali.

“Ehew.”

Meninggalkan apartemen besar yang sempat membuatku senang tinggal di sana, aku keluar menuju dunia gelap yang asing bagiku.

Komentar