Delapan siswa
berkumpul di sebuah runagan besar di lantai paling atas di asrama satu. Mereka
duduk dengan gaya nakal yang arogan, sambal tertawa-tawa keras bahkan untuk
sesuatu yang tak lucu. Terkadang, mereka saling curi pandang pada orang yang
memanggil mereka datang ke sana. Namun orang yang ditunggu untuk bicara hanya
diam tak melakukan apapun.
“Ah benar,
Jonghak, bukannya ada seorang penembak di kelasmu?”
Seseorang
menanyainya. Dia adalah seorang lelaki tampan yang generik dengan senyum ramah
di wajahnya. Shin
Jonghak membuka lalu menyipitkan matanya sambal menatap pada lelaki itu.
“…Um, aku baru saja mendengar kabar itu. Apa aku salah dengar?”
“Aku
tak tahu. Aku tak tertarik dengan sampah.”
“Be-benar.
Aku juga tak tertarik, aku hanya penasaran dengan siapa si bodoh itu, haha.”
“Hanjun,
kau benar-benar sering penasaran pada hal yang paling aneh ya~”
Sebuah
suara yang lembut memotong pembicaraan. Jin Hanjun menolehkan kepalanya dan
melihat seorang gadis berambut panjang tersenyum dengan cantiknya. Dia adalah
Yoo Yeonha. Merasakan jantungnya yang berdegup keras, Jin Hanjun yang gelagapan
langsung berkata tanpa berpikir.
“O-oh,
Yeonha. Ka-kau tau, aku selalu begitu.”
“Siapa
namanya? Chundong? Chunbun? Namanya sangat kuno. Ngomong-ngomong, jangan
terlalu memperhatikan dia.”
“Namun,
dia memang sangat menyedihkan ya. Kenapa si Sialan itu harus datang sejauh ini
ke Cube kalau pada akhirnya dia malah memilih pistol sebagai senjata utama?”
Kata-kata
kotor pun keluar dari mulut Kim Horak. Seorang lelaki dengan otot besar,
ekpresi yang mengintimidasi dan fisik yang besar. Bahkan hanya dengan satu
pandangan, sudah bisa dikenali bahwa spesialisasi Kim Horak adalah dalam
pertarungan jarak dekat.
Jin
Hanjun menanya Kim Horak, “Kau mengenalnya?”
“Aku
juga sekelas dengan Jonghak, dasar idiot. Aku akan menghancurkannya saat
latihan tarung nanti. Aku akan membuatnya cacat dan keluar dari sekolah ini.”
Semua
orang tahu jadwal Cube. Ada kelas setiap lima kali hari dalam seminggu dan
latihan tarung setiap tiga hari dalam seminggu.
‘Kelas’
di sini merujuk pada latihan pemahaman tentang kekuatan sihir dan latihan
fiisk, sementara latihan tarung merujuk pada pertempuran, perburuan monster,
misi penyelamatan dan banyak lagi.
“Aku
akan menghancurkan si Sial…”
Dengan
satu kalimat, Shin Jonghak memotong pembicaraan kasar di ruangan loker itu. Kim
Horak, yang terus menggeram daritadi langsung terdiam.
“Bahkan
jika kau menang melawan seseorang yang memiliki peringkat rendah sepertinya,
akhirnya kau lah yang poinnya akan dikurangi. Lebih baik untuk melawan kadet
dengan rangking tinggi yang menurutmu bisa kau kalahkan. Sebagai contohnya…”
“Chae
Nayun, coba lawan dia. Aku yakin kau akan menang.”
Yoo
Yeonha memotong. Shin Jonghak menyipitkan matanya dan menatap tajam padanya,
namun Yoo Yeonja tetap melanjutkan seolah-seolah dia tak terganggu dengan
pandangannya.
“Bertarung
melawan busur. Itu mudah."
“…Ha?
Ah, ya, aku bisa saja menang. Tapi…”
Melawan
Chae Nayun adalah hal yang sulit.
Bagaimanapun
juga, Kim Horak menunda kalimatnya, ingin terlihat baik di depan Yoo Yeonha.
“Tapi?”
“…bertarung
dengannya akan menyedihkan. Kau tahu, lawanku selalu berakhir dengan sekarat.”
“Tak
ada yang salah dengan hal itu.”
“…Ha?”
“Hentikan.”
Shin
Jonghak menghentikan percakapan mereka.
Walaupun
Yoo Yeonha tak senang, dia langsung memasnag wajah tak peduli di wajahnya.
Diam-diam dia menekan perasaan tak enak yang naik ke atas dari sudut dasar
hatinya.
‘Shin
Jonghak menyukai Chae Nayun. Aku tidak sebodoh itu untuk cemburu. Aku hanya
merasa ini lucu.’
Yoo
Yeonha menghibur dirinya sendiri.
“Aku
pergi sekarang. Sudah hampir jam 10.”
Di
Cube, murid lelaki dan perempuan hanya diperbolehkan berinteraksi hingga jam 10
malam. Setelah memberikan senyuam cerah untuk menutupi hatinya yang tersakiti,
Yoo Yeonha berdiri.
“Oh, selamat
malam.”
“Selamat
malam, Yeonha.”
“Sampai
jumpa nanti!”
Semua
kadet lelaki selain Shin Jonghak melihatnya keluar dari pintu.
.
.
.
Lima
menit jauhnya dari asrama 1 adalah sebuah fasilitas training yang disebut
dengan ‘Fitness Center Pemula.’ Fasilitas seluas 1000 meter persegi ini
dipenuhi dengan alat perlengkapan sihir, dan peralatan untuk gerak badan dan
latihan. Uang yang diperlukan untuk membangun lingkungan semacam ini kira-kira
lebih dari seratus juta won, namun hanya ada beberapa orang yang menggunakan
fasilitas ini.
Namun,
hanya karena fasilitas latihan ini kosong, bukan berarti masa depan para Hero
akan suram.
Walaupun
para kadet yang akan jadi Hero nantinya akan menerima padangan memuja dan iri
dari milyaran orang-orang, mereka masihlah para remaja. Sederhananya, tak akan ada
remaja sekolahan yang mau pergi latihan di hari pertama sekolah mereka.
“Aku
tahu kau akan ada di sini.”
Namun
sebuah pengecualian selalu ada. Bahkan di Akademi Hero ada orang sesat yang
menikmati latihan di hari pertama mereka. Kim Suho yang basah oleh keringat
sedang bergulat dengan alat latihan langsung melebarkan matanya karena suara
yang tiba-tiba terdengar itu.
“Chae
Nayun? Kau juga di sini untuk latihan?”
“Iya,
tapi aku tak akan latihan sebar-bar dirimu.”
Dengan
senyum miring, Chae Nayun menunjuk pada ruangan gravitasi. Melihat ruangan
silinder yang kelihatan menakutkan itu, Kim Suho mengernyitkan dahinya.
“Ruangan
itu adalah satu satu yang lumayan sulit. Aku tak pernah bisa bertahan lama di
sana.”
Kim
Suho mengusap keringat dengan handuk yang dibawanya.
“Bukannya
kau tak bisa, kau hanya tak perlu pergi ke sana. Aku adalah seorang pemanah,
jadi aku perlu berlatih di sana. Lagian, tidak sesulit itu. Aku telah berlatih
di sana sejak aku delapan tahun.”
“8
tahun?”
“Yep,
aku punya satu ruangan seperti itu di rumahku.”
“….Aha.”
Membangun
ruangan gravitasi setidaknya menghabiskan beberapa ratus juta won. Dari apa
yang Chae Nayun katakana, bisa dilihat bahwa dia datang dari latar belakang
yang kaya raya.
Seperti
Shin Jonghak, Chae Nayun adalah generasi ke empat dari chaebol. Namun daripada
memiliki sifat superior berbelit yang sangat kompleks seperti Shin Jonghak, dia
memiliki sifat bersaing dengan sehat yang sangat kuat. Dia percaya bahwa dia
bisa melampaui saingannya melalui kerja keras dan pengembangan diri. Namun
berada di hadapan monster seperti Kim Suho, kepercayaannya perlahan-lahan mulai
meluntur.
“…Oh,
benar. Ada penembak jitu lain di kelas kita sekarang.”
Kim
Suho menyebutkan, membuat Kim Nayun memiringkan kepalanya dan menatapnya dengan
sorot mata penasaran.
“…penembak
jitu? Oh, si Chudong atau siapapun itu?”
“Ah,
ya, dia… apa-apaan dengan tatapanmu itu? Kau tidak menyukainya?
Seperti
yang dikatakan Kim Suho, wajah Nayun mengaku dengan menakutkan.
“Dia
bukanlah penembak jitu. Pistol hanya bisa ditembakkan paling tidak satu km. Aku
masih tak paham kenapa si Dongchu itu memilih pistol.”
Namanya
secara tak sadar langsung berubah dari Chudong menjadi Dongchu, namun Kim Suho
tak sebodoh itu untuk mau menunjukkan kesalahan penyebutan namanya.
“Mungkin
dia menyerah. Mungkin dia punya masalah di rumah atau sesuatu semacam itu.
Namun menjadi kadet Cube tidak akan meninggalkanmu rekor apapun jika kau keluar
cepat, mungkin dia akan tinggal sementara sebelum pergi.”
“Menyerah?
Jangan mengatakan hal semacam itu dengan begitu mudah.”
“…memangnya
siapa kau menceramahiku atas apa yang harus kulakukan?”
Untuk
beberapa saat, sedikit kemarahan bisa terlihat dari mata Chae Nayun. Nada
bicara menggurui Kim Suho tak pernah cocok dengannya yang melihatnya sebagai
seorang saingan.
“…ehem.
Maaf.”
“Ngomong-ngomong,
kalau kau tak ingin kalah, tetaplah bekerja keras. Aku pergi.”
Ya,
sampai jumpa nanti.”
“Ayolah,
aku cuma pergi ke ruangan sebelah.”
Chae
Nayun menyeringai dan pergi ke ruangan gravitasi.
Ruangan
gravitasi menggandakan grativasi di dalam ruangan karena beberapa factor
tertentu, yaitu meningkatkan tekanan apda pembuluh darah. Melaksanakan latihan
di ruangan silinder memaksa seseorang untuk memakai kekuatan sihir di bawah
tekanan gravitasi yang berat dan jadilah ruangan itu sebagai latihan traininig
yang paling menyakitkan.
Bagi
Kim Suho, hanya dengan melihat ke ruangan iu saja sudah membuatnya bergidik.
Melihat Chae Nayun berjalan masuk ke dalamnya, dia hanya bisa
menggeleng-gelengkan kepalanya.
.
.
.
Di
dalam kamar Kim Chundong, aku menahan napasku sambal melihat pada layar laptop.
Aku
masih belum bisa paham atas apa yang sednag kulihat sekarang. Aku bisa
melihatnya, namun otakku menolak unuk memproses atas apa yang terjadi di
depanku saat ini. Semuanya hanya terasa sangat absurd.
“….Apa
ini?”
Setelah
terdiam lama, aku berkata tanpa berpikir dengan suara gemetaran.
===[Sinkonisasi…
70% Selesai]===
1. Kim Chundong
[SP sekarang: 54]
>Status
*Status Variable
[Kekuatan 4]
[Stamina 4.3]
[Kecepatan 4]
[Penghilatan 5]
[Vitalitas 4]
[Kekuatan sihir 3.5]
*Status Invariable
[Kecerdasan – 4/10]
[Ketekunan – 4/10]
[Keberuntungan – 4/10]
[Kharisma – 4/10]
>Bakat…???
>Keahlian…???
…???
…???
…
…
…lampiran…Pengaturan…
===[Singkronisasi…70% Selesai]===
“…Apa ini?”
Jendela
yang ada di monitor, format ini, aku mengenalnya, itu adalah format yang ada di
buku settingan-ku. Aku tanpa ragu, aku yakin atku tak pernah menulis bahkan
memikirkan tentang setting-an semacam ini.
Phenomena
yang tak bisa dimengerti ini membuatku berkeringat. Tangan dan kakiku gemetaran
dan hatiku mulai berdegup-degup.
Benda
aneh ini, siapa yang mengirimkannya padaku, untuk tujuan apa dan untuk alasan
apa?
Pada
saat itu juga…
Layar
laptop langsung mati.
Dari
layar laptop hitam di depanku, sebuah wajah terefleksi. Pantulan wajah itu
bukanlah wajah tanda tanya Kim Chundong, tapi wajahku, wajah Kim Hajin.
Tanpa
memberikanku kesempatan kedua untuk terkejut, laptopnya kembali menyala dan
kalimat-kalimat muncul di layarnya.
[Kim
Chundong mensingkronisasi dengan Kim Hajin selesai.]
[Semua
status dihapus.]
[Kewenangan
Unik, ‘Campur Tangan dalam Pengaturan’ didapatkan.]
Komentar