Pistol masihlah termasuk senjata yang luar biasa di dunia
ini. Namun, luar biasa hanya untuk para tentara biasa yang tidak bisa
menggunakan mana.
[mana adalah energy yang digunakan untuk bisa menggunakan
sihir dan lain-lain]
Daripada menggunakan peluru tradisional, dunia ini
menggunakan ‘peluru sihir’ yang merupakan peluru berisi mana yang telah
dikompresi dengan kekuatan untuk membunuh monster rangking 8 kelas menengah ke
bawah. Sebagai perbandingan, pedang saber latihan yang dikatakan berharga
sekitar 5 milyar won di pasaran hanya bisa membunuh monster yang rata-rata
memiliki rangking rendah. Jadi, sebenarnya pistol memiliki kekuatannya sendiri.
Tapi para Hero dan para tentara bayaran yang bisa
menggunakan mana tidak akan memilih pistol. Karena ‘kekuatan sihir’ tak bisa
dipakai saat menggunakan pistol, jadi bagaimanapun kuatnya si pengguna pistol,
senjata itu mempunyai batasan potensi yang sangat jelas.
Dalam memilih senjata utama, aspek paling penting adalah
asal muasalnya. Pendeknya, peringkat senjata akan naik drastis jika semakin
hebat asal muasalnya.
Sebagai contoh, pistol dibagi menjadi tiga peringkat –
produksi masal, buatan khusus, atau sebuah masterpiece. Pedang, di sisi lain,
memiliki lebih banyak peringkat yaitu—artifak, senjata perang, harta karun,
mistis, legena, dan lain-lain.
Hal ini karena mitos dan legenda adalah sebuah manifestasi
di dunia ini.
Pedang adalah sebuah senjata dengan sejarah yang panjang dan
dalam. Secara alami, banyak jenis pedang yang diturunkan dari mitos-mitos dan
legenda-legenda.
Pedang
Freyr, pedang iblis Muramasa, pedang sihir Tyrfing, Pedang suci Durendal,
pedang raja Excalibur, dan lain sebagainya…. Di dunia ini, banyak pedang dari
legenda yang masih belum ditemukan di dungeon atau di menara. Setiap
pedang-pedang itu adalah sebuah harta karun yang tak ternilai. Tentu saja,
harta karun ini hanya bisa digunakan oleh orang yang ahli dengan pedang.
Sebagai
konsekuensinya, para Hero lebih memilih senjata kuno daripada pistol. Bahkan
jika mereka mencapai titik pertumbuhan mereka, sebuah senjata peringkat tinggi
bisa membantu mereka untuk melewatinya.
“…Kim
Chundong.”
Kim
Soohyuk memanggil namaku sekali lagi sebelum mengaktifkan smartwatch-nya. Untuk
beberapa alasan, aku bisa melihat informasi yang tersembunyi oleh sistem perlindungan
informasi. Itu adalah informasi tentangku, Kadet Kim Chundong.
“Bukannya
kau pengguna pedang?”
Seperti
yang diharapkan sebagai seorang tambahan, Kim Chundong adalah seorang ahli
pedang biasa.
“Aku
memutuskan untuk mengganti senjataku.”
“Setelah
sejauh ini datang ke Cube?”
“Ya.”
Kim
Soohyuk terlihat tak senang dengan pilihanku tapi pada akhirnya dia mengangguk
dengan sedikit kerutan di dahi.
“Baiklah.
Kadet bisa membuat pilihan mereka sendiri di Cube. Instruktur tak akan ikut
campur sama sekali. Tapi, itu artinya juga tanggung jawab jatuh ke tangan kadet
bersangkutan.”
Kim
Soohyuk pun menjauh, namum bisik-bisik di antara para murid belum berhenti.
Bisik-bisik yang harusnya tak bisa kudengar, untuk beberapa alasan, entah
kenapa bisa kudengar dengan jelas. Mungkin ini adalah bakat Chundong. Betapa
tak bergunanya.
“Pistol?
Apakah dia gila?”
“Kenapa
dia harus datang ke Cube kalau dia ingin jadi tentara bayaran?”
Sebelum
memasuki Cube, kadet harus mencoba segala jenis senjata. Hal itu dilakukan agar
bisa menemukan senjata yang cocok dengan bakat mereka. Namun, menggunakan
pistol bukanlah sebuah bakat. Karena kau hanya perlu meletakkan jarimu di
pelatuk dan menekannya.
“Kalian
bisa dengan mudah mengganti senjata utama yang kalian pilih hari ini. Dan
apapun yang kalian pilih, kalian akan tetap melewati latihan dan tes yang sama.
Artinya, kelemahan senajata pilihan kalian adalah urusan kalian sendiri.”
Kim
Soohyuk memberi pengumuman sambal melihat ke arahku.
Aku
paham, sialan. Aku hanya tak punya pilihan lain!
Para
kadet di sini sudah menjalani akademi militer sejak mereka berumur 7 atau 8
tahun. Dalam kata lain, mereka telah berlatih memotong, menyabit, menghancurkan
dan menembak selama sepuluh tahun.
Namun
aku berbeda.
Aku
tidak mewarisi ingatan Chundong, dan aku sangat jauh untuk bisa dikatakan
sebagai seorang ahli pedang di dunia nyata. Sialan, aku bahkan tak suka
olahraga. Aku juga tak suka mencari sensai.
Pada
akhirnya, aku hanya bisa memilih senjata jarak jauh, jadinya itu adalah busur
atau pistol. Terimakasih kepada wajib militer di korea, setidaknya aku familiar
dengan pistol.
“Sekarang,
kami akan menempatkan kalian di ruangan kalian dan barang-barang pribadi kalian
akan dikirim ke sana. Setelahnya, kalian bebas. Kelas akan dimulai empat hari
kemudian yaitu, senin nanti.”
Kim
Soohyuk berbicara sambil melihatku dengan pandangan kasihan.
Dan
akhirnya, seleksi pemilihan senjata utama pun berakhir.
.
.
.
“Yo,
penembak, kau serius?”
“Aku
hanya tak paham. Apakah kau salah satu dari orang yang suka mencari perhatian?
Ini pertama kalinya aku melihat seseorang memilih pistol di Cube.”
Di
jalan menuju asrama, sekelompok anak lelaki menyerangku dengan ucapan mereka.
Aku hanya mengabaikan ucapan-ucapan sarkastis mereka.
Melihatku
yang terlihat tidak terganggu oleh provokasi mereka, mereka pun pergi setelah
tertawa-tawa. Seperti yang diharapkan pada bocah remaja, mereka lebih tertarik
dengan para siswa wanita.
Bahkan
aku pun menoleh pandanganku pada mereka. Chae Nayun, Rachel, dan YooYeonha. Kecantikan
tiga gadis ini telah jauh melampaui dari apa yang aku jelaskan di dalam novel. Saat
aku mengamati mereka dari samping, kami pun tiba di asrama.
“Di
sini adalah asrama untuk para pemula tahun pertama.”
Enam
gedung pencakar langit yang sangat mewah berdiri di depanku.
Menurut
Kim Soohyuk, setiap gedung memiliki seratus lantai, setiap lantai terdiri atas
lima ruangan. Ruangan-ruanganitu akan dibagikan berdasarkan peringkat para
kadet, namun bahkan jika seorang kadet berada di peringkat akhir, mereka
syukurnya masih punya ruangan mereka masing-masing. Bagi tiga kadet perempuan
dan lelaki dengan peringkat atas di Akademi Agen Militer akan mendapatkan
sebuah penthouse. Kim Suho adalah satu-satunya orang yang tidak mau tinggal di
sana, karena menurutnya penthouse terlalu besar untuk dia tinggali sendiri.
“Laki-laki
di sebelah kanan, perempuan di sebelah kiri. Kunci runagan akan di bagikan ke
dalam smartwatch yang akan kalian dapatkan sekarang.”
Sementara
Kim Soohyuk menjelaskan, kelas tahun pertama yang lain pun berdatangan. Jika
aku ingat dengan benar, kelas tahun pertama terdiri dari Veritas, Acceptance,
Intelligence, Wisdom, Cultivation, Honor, Virtue, Friendship, Potential, dan
World—totalnya adalah sepuluh kelas.
Haruskah
aku mencoba mencari para tokoh penting di antara orang-orang ini? Beberapa dari
mereka pasti adalah tokoh antagonis.
“Chundong,
Kim Chundong!”
“Ha,
aku? Kenapa?”
“…Kenapa?”
Kim
Soohyuk memanggilku. Aku sempat tak fokus beberapa saat yang lalu, namun mata
Kim Soohyuk yang menyipit terlihat seperti elang. Matanya yang tajam membuatku
membeku. Kelihatannya dia kecewa akan reaksiku tadi Kim Soohyuk menutup matanya
dan mendesah.
“…Smartwatch-mu,
ke sini dan ambillah.”
“Ya.”
Aku
hampir saja terjatuh karena kakiku yang gemetaran. Aku bisa dengan suara
murid-murid lain yang menertawaiku di belakangku.
Kalian
berani menertawai pencipta kalian?
Aku
jadi marah senetar, namun aku dengan murah hati memilih untuk memaafkan mereka.
Lagian,
aku juga tak bisa membalas mereka, aku tak punya pilihan lain lagi.
.
.
.
Ruangan
yang diberikan padaku ternyata lebih besar daripada apartemen milik Chundong
dan isinya ada sofa panjang, ranjang, penanak nasi, TV, computer dan bahkan
pelaratan-peralatan sihir.
“…aku
masih tidak bisa terbiasa dengan semua ini.”
Menenggelamkan
diriku di atas sofa yang nyaman, aku merenung.
Berat
pistol yang ada di tanganku tidak terasa nyata.
Memikirkannya
sekarang, sepertinya lebih baik bagiku untuk meninggalkan Cube jika pada
akhirnya aku memilih pistol. Menjadi kadet di Akademi Agen Militer sudah cukup
untuk membuatku hidup dengan baik tanpa kelaparan.
Namun,
masalahku tidak berhenti di sana.
Kenapa
aku dikirim ke dunia ini dan bagaimana caranya aku kembali. Untuk menemukan
jawabannya, aku punya firasat kalau aku harus tetap dengan alur cerita utama.
….walaupun,
aku ragu kalau aku bisa dekat dengan cerita utama hanya dengan pistol.
Haruskah
aku coba untuk menembakkannya untuk tahu bagaimana kekuatan pistol ini?
“Mmm….”
Aku memikirkan
tentang sesuatu yang bagus.
Meloncat
dari sofa, aku membidik pada dinding dengan menutup mata kiriku. Baru saja aku
ingin menarik pelatuk…
—ding
dong
Bel berbunyi.
Sebuah
suara elektronik berdering di belakang pintu.
—Rangking
934, Kim. Chun. Dong. Ambil. Barang. Mu.
Suara
itu berasal dari seorang robot. Melempar pistol ke atas sofa, aku membuka pintu
dan melihat sebuah kotak yang lumayan besar di lantai.
Kelihatannya
Chundong telah mengirim barang-barang pribadinya sebelumnya. Aku pun mengambil
kotak itu dan membawanya masuk ke dalam.
[Akademi
Agen Militer Rangking 1543, Akademi Hero Militer Rangking 934 Kim Chundong.
Barang-Barang pribadi.]
Peringkat
934, bukannya peringkat segitu terlalu rata-rata?
Dengan
seringai, akupun membukanya.
“….huh?”
Hanya
ada satu barang yang ada dalam kotak besar itu.
Namun,
aku tau apa itu.
Ini bukanlah
milik Chundong, namun milikku.
Lebih
tepatnya, benda ini adalah milikku di kehidupanku yang dulu…. Walaupun, aku
akhirnya merasa aneh memanggilnya dengan kehidupanku yang ‘dulu’.
Ngomong-ngomong,
Ini adalah laptop yang bisa aku gunakan di duniaku dulu untuk menulis novelku.
Komentar