Tempat pelatihan paling hebat di dunia yang mengedepankan
seni sihir, ilmu pengetahuan dan keahlian teknik mesin.
[Cube]
Cube dalah sebuah nama pulau besar yang terletak di laut
timur. Pulau buatan ini besarnya hampir dua kali dari pulau Yeouido. [1]
Di area yang besar ini, ada sekitar 5000 kadet Hero, yang
mana sekitar 1300 orang berada di tahun pertama. Sementara itu, 2000 orang
kadet bukan petarung telah lulus sekitar dua minggu yang lalu, semua kadet elit
dari seluruh dunia berkumpul di sini, membuat sekolah ini menjadi lebih
kompetitif daripada sebelumnya. Nyatanya, tempat ini terlalu kejam dan suram
untuk anak-anak berusia 17 sampai 19 tahun. Dan pada saat permulaan di tahun
kedua, para penyihir yang memilih untuk menjadi Hero akan datang dari ‘Universitas
Sihir Nasional’, jadi akan ada tambahan sekitar 200-300 orang lagi.
Selanjutnya, ada para instruktur pelatih, penjaga kafetaria,
tukang bersih-bersih, para perekrut yang kadang berkunjung, asosiasi
pemerintah, insinyur yang melakukan pemeliharaan dan pengoperasian, tentara
kiriman sebagai security, dokter, dan para peneliti yang akan merawat para
kadet, pekerja toserba yang bekerja di bawah Cube, dan banyak lagi… dengan
semua orang-orang ini, ada sekitar 50.000 orang yang tinggal di dalam Cube.
Secara alami, tempat ini adalah tempat yang sangat penting
bagi para investor untuk berkumpul. Melihat pada setting yang novelku ikuti,
Korea adalah negara adidaya yang bersaing dengan Amerika. Aku sepertinya ingat
bahwa aku sempat membuat daftar tentang alasan-alasan kenapa aku membuatnya
seperti itu, tapi alasan yang paling jelas adalah karena aku orang korea.
Dalam hal ini, Chundong adalah member Cube, jadi bsia
dibilang juga dia adalah seorang elit. Walaupun begitu, aku tak pernah menulis
cerita apapun untuk Chundong.
Jadi, takdir Chundong harusnya adalah menjadi prang yang
hidup di area yang jauh dari cerita utama. Sementara dia tidak harus menjalani
kehidupan yang penting dan berat sebagai tokoh utama, dia mungkin nanti akan
hidup nyaman tanpa beban hidup.
….dan itulah juga hidup yang aku inginkan.
[Pemula – Veritas]
Kata pemula merujuk kepada para kadet tahun pertama,
sementara Veritas merupakan nama kelasnya. Lebih mudahnya, aku adalah kelas
satu yang sedang berada di tahun pertama (awal).
Dan… aku tahu kelas ini.
Shin Jonghak dan Kim Suho ada di kelas ini, dan geng pun
terbentuk di sekitar mereka, banyak jebakan yang kebanyak dimulai oleh Shin
Jonghak dan para pengikutnya akan membuat kelas gaduh. Sebagai anggota kelas,
aku kemungkinan besar akan tersapu dari kemauanku.
“Huu.”
Setelah mengambil napas, aku dengan perlahan dan hati-hati
membuka pintu.
Bagian dalamnya terlihat putih bersih, tanpa ada tanda-tanda
adanya debu dan tiga meja panjang di tengah-tengah.
Di mana aku harus duduk? Aku melihat ke sekitar ruangan dan
menemukan Shin Jonghak duduk di kursi terjauh di bagian belakang. Dengan mata
tertutup dan tangan di saku celananya, dia terlihat keren. Di sebelahnya adalah
temannya sejak kecil, Yoo Yeonha, sedang sibuk berceloteh. Kedua orang itu tak
memperhatikanku sama sekali.
Terimakasih. Tuhan.
Aku duduk di kursi paling samping di meja bagian tengah.
Seperti seorang ‘tambahan’ yang baik, aku melihat ke depan
dengan lurus dengan pandangan bengong. Tak ada papan tulis di depan sana, namun
yang ada adalah layar proyektor hologram.
Melihatnya, aku tak tahan untuk tidak mendesah. Setelah
lulus SMA dan bahkan telah selesai menjalankan wajib militer, aku tak bisa
percaya bahwa aku harus kembali lagi ke sekolah. Tak ada lagi bencana paling
buruk selain hal ini.
“…Huuaam.”
Awal semester di Cube dimulai di bulan Februari. Temperatur
di luar yang dingin dan panas di dalam ruangan langsung membuatku mengantuk.
Sekarang, jam 8 pagi. Kelas akan dimula jam 8.30.
Kenyataannya, aku tidak menyangka akan bisa datang ke pagi
ini. Pergi dari Seoul menuju Cube ternyata cepat bila menggunakan ‘Portal’,
padahal tadi aku kira aku akan tersesat kalau sudah sampai nanti. Namun, ada
yang disebut sebagai Bus Cube, sebuah bus yang setiap sepuluh menit berada di
sekeliling Cube, benda ini tidak pernah ada sama sekali di setting-an asli
dalam novelku.
Memikirkannya sekarang, hal ini adalah kesalahan dariku
karena harus membiarkan karakter utama berjalan di kampus yang besar sepanjang
waktu. Karena novelku sekarang tiba-tiba jadi nyata, sepertinya setting dalam
novel langsung memperbaiki beberapa plot berlubang dengan sendirinya.
….ngomong-ngomong, ayo tidur sebentar. Aku tidak mau
berpikir apa-apa lagi.
Menutup mataku, aku menjatuhkan kepalaku di atas meja.
—Sekarang!
Sebuah teriakan kencang langsung membangunkanku. Ketika aku
membuka mata, sang instruktur berada di belakan podium.
“Hari ini adalah hari pertama, jadi tak akan ada training
khusus untuk hari ini, namun aku harap kalian semua tetap melakukan training
pagi. Karena latihan tak ada salahnya, apalagi di pagi hari saat ketebalan mana
sedang tinggi.”
Training pagi?
…Oh, benar. Memang ada sesuatu semacam itu. Sebuah lapangan
training yang buka pada dari jam lima
hingga jam 8 pagi. Aku secara terburu-buru memasukkan hal itu ke dalam cerita
untuk memberikan para karakter utama kesempatan untuk bertemu.
“Sekarang, mari mulai dengan perkenalan diri. Aku adalah Kim
Soohyuk, Instuktur yang akan bertanggungjawab pada kalian semua selama
setahun.”
Nama itu, aku bisa mengingatnya samar-samar.
“Point rangkingku adalah 3850. 9737 untuk Rangking Dunia.
Bila dengan Klasifikasi Asosiasi, aku akan menjadi Hero menengah ke atas
rangking 5.”
Mata para siswa langsung bersinar. Hal itu bisa dipahami. Ada
sekitar dua juta Hero di seluruh dunia. Rangking 9737 berarti dia sangat ahli.
“Kupikir, itu cukup untuk perkenalan diriku.”
Kim Soohyuk kelihatannya suka dengan reaksi para siswa
karena ujung mulutnya langsung mengerut membentuk sebuah seringai.
“Hari pertama akan terasa special. Kau mungkin sempat tak
bisa tidur karena rasa senang dan khawatir, atau mungkin aku merasa hebat
akibat berhasil mengembangkan dirimu. Heh, mungkin juga kau senang karena
akhirnya bisa bertemu dengan orang yang kau sukai.”
Para kadet langsung tertawa kecil. Namun instruktur langsung
membekukan ekspresinya dengan keras.
“Tapi Cube tidak sama seperti dulu. Aku bisa menjanjikanmu
hal ini, tak aka nada waktu untuk pacaran. Di Cube, kalian akan sering
mengalami situasi berada dalam pertarungan asli. Nantikan saja bagaimana rasany
pengalaman menghadapi betapa menakutkannya dunia nyata.”
Senyum kasarnya langsung membuatku merinding.
Training Bertarung, aku juga harus ambil bagian di kelas
itu.
“Selanjutnya, Cube
itu objektif. Indikator satu-satunya kesuksesanmu adalah peringkatmu. Para
Guild hanya akan melihat pada peringkatmu. Oleh karena itulah, kami akan
memberimu secara akurat dan ketat. Jikau kau tidak layak, kau tak akan bisa
lulus. Secara statistic, kurang dari setengah kadet Cube lulus tanpa mengulang
semester. Bahkan setelah itu, kalian hanya bisa bertahan selama dua tahun.
Lebih dari itu, kalian akan dikeluarkan. Jika kalian tidak bisa jadi seorang
Hero, kalian mungkin akan jadi seorang agen atau tentara bayaran. Kutebak…itu
pasti bukanlah hal yang kalian inginkan kan.”
Setelah menakuti para murid, sang instruktur berhenti dan
melihat satu persatu wajah-wajah muridnya.
“Aku bisa melihat beberapa wajah yang aku kenali di sini.”
Hal itu juga sama bagiku.
Kim Suho, Shin Jonghak, Yoo Yeonha, Chae Nayun, Rachel, Yi
Yeonghan.
Mereka adalah enam karakter penting yang bisa kulihat pada
pandangan pertama. Shin Jonghak duduk dengan Yoo Yeonha. Karena Kim Suho dan
Chae Nayun melihat diri mereka masing-masing sebagai rival, mereka duduk
berjauhan. Putri Rachel duduk sendirian, dan Yi Yeonghan duduk di belakang Kim
Suho.
“Kuulangi. Di Cube, kalian perlu mengkonfirmasi apa-apa saja
yang telah kalian pelajari sampai sekarang dan mengasah kemampuanmu agar
berguna dalam pertarungan. Tak ada latihan yang biasa-biasa saja di sini. Ingat
itu.”
Dengan itu, Kim Soohyuk mengumumkan.
“Sekarang bersiaplah. Jadwal hari ini tidak memakan waktu
lama. Tugas pertama kalian adalah ‘memilih senjata utama’.”
.
.
.
“Semua senjata yang sedang kalian pikirkan untuk kalian
pilih semuanya ada di sini.”
Senjata utama adalah tepat dengan bagaimana orang-orang
menyebutkannya. Para Hero Rangking tinggi menyebut senjata mereka ‘senjata
harta karun [treasure weapon],’ sementara senjata di atas peringkat [unik] akan
diberikan nama ‘alat perang [armament]’.
Tapi aku tidak tahu apa senjata utamaku. Aku tidak tahu
apapun tentang masa lalu Chundong.
“Berdirilah di depan senjata yang kalian inginkan. Kami akan
menyediakan kalian dengan senjata latihan. Tapi jangan meremehkan
senjata-senjata ini hanya karena mereka adalah senjata untuk latihan. Harga
pasaran senjata-senjata itu mencapai 5 milyar.”
Ada berbagai macam senjata, lebih daripada yang aku
bayangkan. Pedang, tombak, pedang saber, pisau belati, rapier, tombak kerajaan,
pedang besar, zweihander, busur, pistol, cambuk, sarung tangan dan lain-lain…
Seratus murid dari kelas Veritas berdiri di depan senjata yang mereka inginkan.
“Pilihlah dengan bijak. Sekali kalian memilih senjata utama
kalian, kalian tidak akan bisa mengubahnya selama enam bulan.”
Pedang dan tombak adalah pilihan yang paling banyak dipilih.
Kim Suho berdiri di depan pedang, sedangkan Shin Jonghak berdiri di depan
tombak. 70 dari seratus orang memilih pedang, tombak, atau pedang saber yang
orang-orang bilang sebagai trinitas suci dari senjata. DSelain itu, Yoo Yeonha
memilih cambuk, Chae Nayun memilih busur, dan Rachel memilih rapier.
Namun, aku tetap berdiri dengan pandangan mengawang.
“Kim Chundong, kenapa kau hanya berdiri?” Tanya Kim Soohyuk.
Aku menatap kosong pada senjata yang tak pernah dilirik oleh
orang-orang.
Senjata yang menjadi sebuah pilihan utama di dunia modern,
senjata yang tidak membutuhkan instruksi manual dan senjata yang bisa digunakan
hanya dengan satu ‘klik’. Tapi di dunia ini, senjata yang kupilih adalah hanyalah
sebuah senjata lemah yang terdiri atas gumpalan metal, sebuah senjata yang
dihindari setiap Hero. Lebih jelasnya, senjata ini ditaruh di sini hanya untuk
melengkapi kumpulan senjata yang harus dipertontonkan kepada para pemula.
Namun, ini adalah satu-satunya pilihan yang kupunya. Aku tak
bisa memakai senjata jarak dekat apapun. Bahkan kalau jika Chundong mempunyai
bakat dengan senjata jarak dekat, aku tak ingin berada dalam pertarungan jarak
dekat di mana darah bercipratan ke mana-mana.
“Kim Chundong.”
Suara instruktur merendah, dan pandangan murid lain pun
jatuh ke arahnya. Shin Jonghak dan Kim Suho ada di antara mereka. Aku tak suka
menjadi pusat perhatian mereka.
Aku bisa merasakan berat logam yang ada di tanganku saat
baunya merasuk dan menggelitik hidungku. Lebih banyak mata kembali melihatiku.
Senjata yang ada di tanganku adalah pistol.
[1] Yeouido adalah pulau besar yang ada di Seoul dengan
ukuran sebesar 8,4 km dan dihuni 31.000 orang.
Komentar